REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mendukung seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk segera menerapkan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Dia menyebut, bencana kemanusiaan di Gaza tak tertahankan.
"Bencana kemanusiaan di Gaza tidak tertahankan. Saya menyampaikan dukungan penuh saya kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam permohonannya terhadap Pasal 99 Piagam PBB,” kata Sanchez lewat akun X resminya, Rabu (6/12/2023).
Sanchez mengaku memahami alasan Guterres memperingatkan Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Gaza. “Mengingat risiko kehancuran situasi kemanusiaan di Gaza, Dewan Keamanan harus segera bertindak dan menyerukan gencatan senjata kemanusiaan,” ucapnya.
Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB pada Rabu kemarin, Guterres memperingatkan bahwa perang di Gaza dapat memperburuk ancaman yang sudah ada terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Guterres mengutip Pasal 99 Piagam PBB untuk pertama kalinya sejak dia menjadi sekretaris jenderal pada 2017. Pasal tersebut memberikan wewenang pada Sekretaris Jenderal untuk secara resmi memperingatkan Dewan Keamanan tentang ancaman baru terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
“Saya menulis berdasarkan Pasal 99 Piagam PBB untuk meminta perhatian Dewan Keamanan mengenai suatu masalah yang, menurut pendapat saya, dapat memperburuk ancaman yang ada terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional,” kata Guterres dalam pembukaan suratnya, seperti dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Dia pun segera menyoroti kegentingan kondisi di Gaza. “Ini penting. Penduduk sipil harus terhindar dari bahaya yang lebih besar. Dengan gencatan senjata kemanusiaan, sarana untuk bertahan hidup dapat dipulihkan, dan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dengan aman dan tepat waktu di seluruh Jalur Gaza,” ujar Guterres.
Dia menambahkan, kondisi saat ini membuat operasi kemanusiaan yang berarti tidak mungkin dilakukan. “Kita menghadapi risiko besar runtuhnya sistem kemanusiaan. Situasi ini dengan cepat memburuk menjadi sebuah bencana dengan dampak yang berpotensi tidak dapat diubah lagi bagi warga Palestina secara keseluruhan serta bagi perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut. Hasil seperti itu harus dihindari dengan cara apa pun,” ucap Guterres.
Guterres kemudian mengingatkan bahwa sudah lebih dari 15 ribu orang di Gaza terbunuh sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023. Sebanyak 40 persen dari total korban jiwa adalah anak-anak. Sekitar 80 persen dari 2,2 juta penduduk juga telah terpaksa mengungsi ke wilayah yang semakin kecil. “Lebih dari 1,1 juta orang mencari perlindungan di fasilitas UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) di seluruh Gaza, sehingga menciptakan kondisi yang penuh sesak, tidak bermartabat, dan tidak higienis,” katanya.
“Yang lainnya tidak punya tempat untuk berlindung dan mendapati diri mereka berada di jalanan. Sisa-sisa perang yang bersifat eksplosif membuat wilayah tersebut tidak dapat dihuni. Tidak ada perlindungan efektif terhadap warga sipil,” tambah Guterres.
Guterres juga menyoroti bahwa warga sipil di seluruh Gaza menghadapi bahaya besar dan sistem pelayanan kesehatan di Gaza sedang runtuh. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” ujarnya.
Dia mengingatkan, komunitas internasional mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan seluruh pengaruhnya guna mencegah eskalasi dan mengakhiri krisis tersebut. "Saya mendesak Dewan Keamanan untuk menekan untuk mencegah bencana kemanusiaan. Saya mengulangi seruan saya agar gencatan senjata kemanusiaan diumumkan. Ini mendesak," kata Guterres.