Jumat 08 Dec 2023 09:17 WIB

Di Pinggir Jalan, Puluhan Warga Palestina Dipaksa Tanggalkan Pakaian oleh Tentara Israel

Beberapa video menunjukkan mereka berada di kawasan perumahan sebelum dimuat ke truk.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Militer Israel saat melakukan operasi darat di Jalur Gaza.
Foto: AP
Militer Israel saat melakukan operasi darat di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel menanggalkan pakaian puluhan warga sipil Palestina sebelum menahan dan membawa mereka ke lokasi yang dirahasiakan. Laporan tersebut muncul seusai beredar video rekamanan yang menunjukkan kejadian tersebut pada Kamis (7/12/2023).

Rekaman yang dipublikasikan di halaman dan media Telegram Israel menunjukkan, puluhan pria ditangkap, dengan pakaian dilucuti, mata ditutup, dan tangan diikat.

Baca Juga

Beberapa video menunjukkan mereka berada di kawasan perumahan sebelum dimuat ke truk. Foto lain menunjukkan mereka berbaris di area terbuka berpasir. Tidak jelas ke mana mereka dibawa dan militer Israel tidak segera mengomentari penangkapan massal tersebut.

Beberapa media Israel mengatakan, orang-orang tersebut “kemungkinan” adalah anggota Hamas, tetapi tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan. Anggota biro politik Hamas Osama Hamdan membantah telah terjadi penangkapan massal terhadap anggota kelompok tersebut dan menyamakan penangkapan tersebut dengan kamp konsentrasi Nazi.

Hamdan mengatakan kepada Al Araby TV, bahwa rekaman tersebut menunjukkan penangkapan dan penganiayaan terhadap warga sipil tidak bersenjata. "Padahal tidak ada hubungannya dengan operasi militer," ujarnya.

Menurut Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, seorang saksi mata mengatakan dikutip dari Middle East Eye, setidaknya tujuh orang ditembak mati oleh tentara karena tidak segera mematuhi perintah tentara. Orang-orang tersebut dilaporkan ditangkap dari rumah dan sekolah yang menampung keluarga pengungsi di Jalur Gaza utara.

Pemantau Euro-Mediterania mengatakan, para dokter, akademisi, jurnalis, dan warga lanjut usia termasuk di antara yang ditahan. Jurnalis yang bekerja untuk Alaraby Al Jadeed Diaa al-Kahlout termasuk di antara mereka yang ditangkap.

Pasukan Israel menyerbu sekolah Khalifa Bin Zayed al-Nahyan dan Aleppo di Beit Lahia pada Kamis, setelah mengepung selama berhari-hari. Rekaman yang diambil oleh warga dan wartawan menunjukkan, penembak jitu Israel mengambil posisi di atap rumah dekat sekolah Khalifa. Video lain menunjukkan mayat laki-laki dilaporkan berserakan di halaman sekolah Aleppo.

Setelah memaksa semua orang keluar dari sekolah, tentara Israel menangkap para pria tersebut dan membiarkan para perempuan dan anak-anak melarikan diri dengan berjalan kaki. Menurut pemantau Euro-Mediterania, mereka kemudian pulang ke rumah di beberapa lingkungan di Beit Lahia, mengusir penduduk sebelum menangkap orang-orang tersebut, dan membakar beberapa rumah. Kelompok yang bermarkas di Jenewa tersebut mengatakan, orang-orang tersebut ditangkap secara sewenang-wenang dan dipukuli oleh tentara.

Sementara itu, rekaman dari Deir al-Balah menunjukkan antrian warga Palestina yang putus asa di luar pusat distribusi makanan, karena sumber daya terus berkurang dengan cepat. Menurut laporan baru Program Pangan Dunia PBB (WFP), setidaknya 97 persen rumah tangga di Gaza utara tidak mempunyai cukup makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Laporan tersebut juga menemukan,setidaknya sembilan dari 10 orang hidup sehari semalam tanpa makanan di selatan Gaza. Selain itu, lebih dari sepertiga rumah tangga menderita kelaparan tingkat tinggi hingga parah.

Pengeboman besar-besaran telah menghambat upaya bantuan, karena wilayah Rafah dibom pada Kamis. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pemboman Israel membunuh sedikitnya 350 warga Palestina dan menyebabkan 900 orang terluka pada Rabu (6/12/2023).

Hal ini menjadikan jumlah korban meninggal dunia di Gaza sejak dimulainya perang pada 7 Oktober menjadi lebih dari 17.100 orang, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak dan hampir 5.000 perempuan. Kepala badan amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) Christos Christou menggambarkan situasi di Gaza jauh melampaui krisis kemanusiaan.

"Ini adalah bencana kemanusiaan. Ini adalah situasi yang kacau, dan saya sangat khawatir bahwa orang-orang akan berada dalam mode mencoba bertahan hidup, yang akan menimbulkan konsekuensi yang sangat parah," kata Christou.

Selain pergolakan di Gaza, pertempuran pun terjadi di perbatasan Lebanon Israel. Serangan antar tentara Israel dengan kelompok Hizbullah Lebanon berlanjut pada Kamis.

Layanan penyelamatan Israel Magen David Adom mengatakan, seorang pria berusia 60 tahun terbunuh oleh rudal anti-tank yang ditembakkan dari arah Lebanon menuju desa Mattat di Israel. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan, beberapa peluncuran terdeteksi dari Lebanon selatan dan tentara merespons dengan menyerang titik tersebut.

Belakangan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan mengubah ibu kota Lebanon, Beirut, dan Lebanon selatan menjadi Gaza dan Khan Younis, jika Hizbullah melancarkan perang habis-habisan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement