REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel terus melakukan berbagai cara untuk mengusir paksa warga sipil di Jalur Gaza dari tempat tinggal mereka. Di awal Israel melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan penduduk di wilayah utara Gaza untuk mengungsi ke selatan.
Pada saat itu pesawat-pesawat tempur Israel dilaporkan menebarkan selebaran yang berisi perintah kepada warga Gaza untuk pergi. Israel berulang kali memerintahkan lebih dari 1 juta penduduk di utara Gaza pergi ke selatan.
Perintah ini kerap diulangi seiring meningkatnya potensi invasi darat Israel ke Jalur Gaza, di mana dua juta lebih warga Palestina terkurung karena blokade Israel sejak 2007.
Aljazirah melaporkan, selebaran Israel berisi ancaman bahwa penduduk yang tidak mengungsi ke selatan akan dianggap sebagai "teroris".
Selain menggunakan selebaran, militer Israel juga menerbitkan peta 'genosida' untuk warga Palestina di Jalur Gaza. Peta yang disebut oleh militer Israel sebagai 'zona evakuasi' di Jalur Gaza ini diterbitkan saat mereka melanjutkan pertempuran dengan Hamas pada 1 Desember lalu, setelah gencatan senjata selama tujuh hari berakhir.
Peta yang dibuat oleh IDF ini diberi label dalam bahasa Arab dan dapat diperbesar di situs militer. Peta tersebut membagi Jalur Gaza, yang padat penduduk, sepanjang 25 mil menjadi ratusan sektor atau blok yang diberi nomor.
IDF mengatakan pemberian nomor tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan warga melakukan evakuasi dari tempat tertentu demi keselamatan mereka jika diperlukan. Untuk memudahkan evakuasi, IDF mengirimkan pesan peringatan melalui layanan pesan singkat (SMS) kepada warga di beberapa daerah pada hari Jumat.
“IDF akan memulai serangan militer yang bisa menghancurkan wilayah tempat tinggal Anda dengan tujuan melenyapkan organisasi teroris Hamas,” demikian isi SMS tersebut seperti dikutip CBS News.
IDF juga memerintahkan orang-orang di sektor tersebut untuk mencari perlindungan dan menjauhi segala jenis aktivitas militer. Sekitar 10 menit setelah pesan dikirim, militer Israel mulai melancarkan serangan ke sektor tersebut. Namun, kondisi jaringan seluler di Jalur Gaza yang lambat membuat pengiriman SMS terkadang memakan waktu beberapa menit lebih lama.
Sementara saat ingin mengusir paksa warga sipil dari wilayah Gaza selatan, Israel menggunakan ayat Alquran. Pada 6 Desember lalu, militer Israel dilaporkan menjatuhkan selebaran di wilayah Gaza selatan. Selebaran yang dijatuhkan dari langit ini berisi kutipan ayat Alquran yang memperingatkan tentang banjir dan orang-orang yang berbuat zalim.
Rekaman video yang diambil di Kota Khan Younis menunjukkan ribuan lembar kertas dijatuhkan dari langit oleh pesawat tempur Israel. Tercetak di atasnya sebuah ayat Alquran yang artinya: "Kemudian mereka dilanda banjir, sedangkan mereka terus-menerus berbuat zalim."
Kutipan ayat Alquran yang ditulis di samping simbol Bintang Daud dan logo tentara Israel itu merujuk pada kisah Nabi Nuh atau yang dikenal sebagai Noah dalam Alkitab. Dalam kedua kitab suci tersebut, Allah menghukum orang yang zalim dengan air bah yang membanjiri seluruh dunia.
Penggunaan ayat Alquran oleh Israel memicu kemarahan warga Palestina di Gaza dan umat Islam di wilayah lain. "Mereka (Israel, Red)-lah yang telah berbuat zalim, bukan kami. Merekalah yang menzalimi warga sipil, warga yang tidak bersalah dan anak-anak yang tidak berdaya," kata Um Shadi Abu el-Tarabeesh, salah seorang pengungsi dari Gaza utara, sambil memegang selebaran tersebut di depan kamera.
Pengguna media sosial berspekulasi apakah kutipan ayat Alquran mengenai banjir tersebut terkait dengan rencana Israel membanjiri jaringan terowongan Hamas di Jalur Gaza dengan air laut dalam jumlah besar. Pada November lalu, Israel selesai merakit setidaknya lima pompa air besar yang diletakkan sekitar 1 mil di utara kamp pengungsi al-Shati di Gaza utara, menurut sebuah laporan di Wall Street Journal.
Pompa tersebut dapat menyedot air dari Laut Mediterania dan mengalirkan ribuan meter kubik per jam. Daya sedot pompa air ini memungkinkan bagi Israel untuk membanjiri jaringan terowongan Gaza dalam beberapa pekan, kata laporan itu.