REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tim penyelamat Cina menantang kondisi di bawah titik beku untuk menarik para korban gempa bumi yang mengguncang daerah terpencil di provinsi Gansu, awal pekan ini. Sementara para penyintas harus menghadapi ketidakpastian selama berbulan-bulan ke depan tanpa adanya tempat berlindung yang permanen.
Pada Senin (18/12/2023) lalu, gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Jishishan, dekat perbatasan antara provinsi Gansu dan Qinghai satu menit sebelum tengah malam. Guncangan membuat penduduknya keluar rumah di cuaca dingin pada tengah tengah malam.
Gempa juga merusak jalan raya, jaringan listrik dan air, serta fasilitas produksi pertanian, dan memicu tanah longsor. Pada Rabu (20/12/2023). Pihak berwenang mengatakan di Gansu, 113 orang ditemukan tewas, dan 782 orang terluka.
Jumlah korban tewas di provinsi tetangga, Qinghai, meningkat menjadi 18 orang dan 198 orang terluka. Media Cina melaporkan tim penyelamat menemukan tujuh puluh delapan orang t dalam keadaan hidup di Gansu, di mana operasi penyelamatan berakhir pada Selasa sore.
Kini, ti penyelamat fokus bergeser untuk merawat korban luka dan menempatkan kembali warga ke pemukiman karena musim dingin yang akan berlangsung selama berbulan-bulan. Belum diketahui apakah pencarian di Qinghai diakhiri atau belum.
Di Gansu, lebih dari 207 ribu rumah hancur dan hampir 15 ribu rumah runtuh. Kerusakan ini berdampak pada lebih dari 145.000 orang.
Lebih dari 128 ribu barang pasokan darurat termasuk tenda, selimut, lampu tenda dan tempat tidur lipat, sudah dikirimkan. Sementara makanan seperti roti kukus dan mie instan diberikan kepada para korban.
Stasiun televisi Cina, CCTV mengatakan daerah yang dilanda gempa secara geografis merupakan zona transisi antara dua dataran tinggi, yang memiliki medan dengan ketinggian mulai dari 1.800 hingga 4.300 meter dengan topografi yang "sangat kompleks."
Pemulihan gempa tertahan cuaca dingin yang mencengkeram sebagian besar wilayah Cina sejak pekan lalu. Suhu di sekitar pusat gempa di Gansu turun menjadi sekitar minus 15 derajat Celcius pada Selasa malam.
Media lokal yang mengutip para peneliti mengatakan warga yang terjebak di bawah reruntuhan terpapar suhu minus 10 derajat Celcius. Tanpa bantuan mereka berisiko terkena hipotermia dan mungkin hanya dapat bertahan hidup selama lima hingga 10 jam jika tidak terluka.
Salah satu warga Di Haidong yang dilanda gempa di Qinghai, Du Haiyi mengatakan, rumah keluarganya rata dengan tanah. Pemuda berusia 21 tahun ini mengatakan ia berhasil menyelamatkan ibu dan adik perempuannya yang berusia 16 tahun, yang terjebak di bawah reruntuhan rumah pada malam terjadinya gempa.
"Orang tua saya berhasil ditarik keluar dari bawah reruntuhan, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya, kami berlari ke mana pun kami bisa," kata Du. Du adalah seorang pekerja serabutan, mengatakan keluarganya yang terdiri dari tujuh orang tidur di luar ruangan tanpa makanan dan selimut yang memadai, berlindung di tenda yang disediakan pemerintah setempat.