Selasa 09 Jan 2024 14:21 WIB

Menlu AS: Normalisasi DIplomatik Saudi-Israel Dimungkinkan Jika Konflik Gaza Diakhiri

Topik normalisasi diplomatik dengan Israel dibahas dalam pertemuan Blinken dan MBS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Kerabat warga Palestina dari keluarga Praes, yang tewas dalam serangan udara Israel di Khan Yunis, berduka di samping jenazah kerabat mereka di luar Rumah Sakit Nasser, Jalur Gaza selatan, (7/1/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Kerabat warga Palestina dari keluarga Praes, yang tewas dalam serangan udara Israel di Khan Yunis, berduka di samping jenazah kerabat mereka di luar Rumah Sakit Nasser, Jalur Gaza selatan, (7/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Al Ula, Senin (8/1/2024). Selain membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, Blinken menyebut dia dan Pangeran MBS turut membahas perihal potensi normalisasi diplomatik Saudi-Israel.

Dalam sambutannya kepada pers, Blinken mengatakan, topik tentang normalisasi diplomatik dengan Israel dibahas dalam pertemuannya dengan Pangeran MBS. “Tapi hal ini (normalisasi diplomatik Saudi-Israel) mengharuskan konflik di Gaza diakhiri, dan hal ini juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina,” kata Blinken, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Sebelum perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, isu normalisasi diplomatik antara Saudi dan Israel sudah berembus kuat. Pangeran MBS pun telah mengakui secara terbuka tentang adanya pembicaraan mengenai hal itu. Pada November tahun lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku optimistis perang yang saat ini sedang berlangsung di Jalur Gaza tidak mengganggu upaya normalisasi diplomatik negaranya dengan Arab Saudi.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada 9 November 2023, Netanyahu mengatakan, konflik di Gaza tidak akan merusak momentum diplomatik yang sudah dicapai Israel dalam proses normalisasi hubungan dengan Saudi. Netanyahu yakin, alih-alih memburuk, kondisi untuk melanjutkan pembicaraan akan lebih matang setelah perang di Gaza usai. “Saya pikir kondisinya akan matang. Faktanya, setelah meraih kemenangan, saya pikir mereka akan menjadi lebih matang,” ucapnya.

Sebelum pertempuran dengan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, Israel tengah melakukan pendekatan intensif kepada Saudi. Mereka berupaya keras agar dapat membuka hubungan diplomatik resmi dengan Riyadh. Netanyahu pun sudah menyuarakan optimismenya bahwa hal tersebut sangat mungkin tercapai.

Saudi telah berulang kali menegaskan bahwa normalsisasi dengan Israel tidak akan terjadi sebelum solusi untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina tercapai. Riyadh juga sudah beberapa kali menegaskan bahwa mereka tetap berpegang pada Inisiatif Perdamaian Arab. Artinya, pembukaan hubungan resmi dengan Israel hanya akan dilakukan jika mereka telah hengkang dari wilayah yang didudukinya, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon.

Namun pada September 2023, Pangeran MBS membuat pernyataan mengejutkan tentang potensi normalisasi diplomatik negaranya dengan Israel. Dia mengakui bahwa hal itu kemungkinan akan terealisasi. “Semakin hari, kami semakin dekat,” ujarnya saat diminta komentarnya tentang normalisasi Saudi-Israel dalam sebuah wawancara dengan Fox News yang disiarkan 20 September 2023.

Kendati demikian Pangeran MBS belum memberikan penjelasan mendetail tentang hal tersebut. “Kami perlu menyelesaikan bagian itu,” ujarnya saat ditanya tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencapai kesepakatan normalisasi dengan Israel.

Sepekan setelah pecahnya pertempuran di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Saudi dilaporkan memutuskan membekukan pembicaraan normalisasi diplomatik dengan Israel. Hal itu diungkap seorang pejabat di pemerintahan Presiden AS Joe Biden. Saudi memberi tembusan tentang keputusannya menangguhkan pembicaraan dengan Israel kepada Washington.

Pada 2020, Israel berhasil melakukan normalisasi diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko. Kesepakatan normalisasi itu dikenal dengan nama Abraham Accords. AS, di bawah pemerintahan mantan presiden Donald Trump, menjadi mediator dalam pembicaraan kesepakatan tersebut.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement