REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas telah menayangkan video baru yang menunjukkan dua sandera terbunuh akibat serangan Israel ke Jalur Gaza. Keduanya merupakan warga Israel.
Dalam video tersebut, seorang sandera bernama Noa Argamani (26 tahun) tampil dengan latar tembok putih. Dia mengatakan bahwa dua sandera, yakni Itai Svirsky (38 tahun) dan Yossi Sharabi (53 tahun) telah terbunuh akibat serangan Israel. Argamani pun mengaku bahwa dia mengalami luka-luka.
Sebelum video itu berakhir, Hamas menyisipkan foto yang memperlihatkan jenazah Svirsky dan Sharabi. Dalam video, Argamani pun menyerukan agar pasukan Israel menghentikan perang. “Hentikan kegilaan ini, kembalikan kami ke keluarga kami selagi kami masih hidup. Kembalikan kami ke rumah,” katanya.
Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan, pihaknya mengidentifikasi Svirsky sebagai salah satu orang yang muncul dalam video Hamas. Namun dia tidak memberikan nama atau rincian lain mengenai sandera kedua yang tewas terbunuh.
Hagari pun membantah narasi Hamas yang menyebut Svirsky dan Sharabi tewas akibat serangan Israel. “Itai (Svirsky) tidak ditembak oleh pasukan kami. Itu adalah kebohoangan Hamas. Bangunan tempat mereka ditahan bukanlah sasaran dan tidak diserang oleh pasukan kami,” kata Hagari kepada awak media, dikutip Al Arabiya, Selasa (16/1/2024).
“Kami tidak menyerang suatu tempat jika kami tahu mungkin ada sandera di dalamnya,” ucap Hagari, seraya menambahkan bahwa daerah di dekatnya telah menjadi sasaran.
Hagari mengungkapkan, saat ini IDF sedang memeriksa foto-foto yang dipublikasikan Hamas beserta informasi lain yang dimilikinya. Pada Ahad (14/1/2024) lalu, Hamas menayangkan video yang menampilkan Argamani, Svirsky, dan Sharabi. Hamas mendesak Israel menghentikan serangannya ke Gaza. “Esok kami akan memberi tahu Anda nasib mereka,” kata Hamas pada akhir videonya, merujuk pada ketiga sandera.
Hamas telah mengungkapkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat gempuran serangan Israel. Hamas memperkirakan sandera-sandera tersebut sudah tewas terbunuh oleh agresi Israel. Pada Ahad lalu, IDF mengatakan, mereka menyadari risiko serangan udara terhadap keselamatan para sandera.
Namun IDF akan tetap melanjutkan serangan tersebut. “Operasi militer butuh waktu. Menjadi kewajiban kami untuk presisi dan kami beradaptasi sesuai dengan ancaman dan siapa sandera di lapangan,” kata Juru Bicara IDF Daniel Hagari.