Kamis 25 Jan 2024 02:06 WIB

AS Dorong Jeda Kemanusiaan dalam Perang Israel di Gaza

Gencatan senjata itu dilaporkan akan berlangsung selama 30 hari.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pemandangan kamp tenda sementara tempat tinggal warga Palestina yang mengungsi akibat serangan darat Israel di Jalur Gaza, di Rafah, pada Selasa, 23 Januari 2024.
Foto:

Ia mengecam penolakan Israel rencana pembentukan negara Palestina yang hidup berdampingan dengan Israel. Kematian tentara Israel terjadi saat militer menggelar operasi terbesarnya pada bulan ini ke Khan Younis, kota utama selatan Gaza yang menampung puluhan ribu orang pengungsi.

Pada Selasa malam juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan dalam 24 jam terakhir pasukan Israel membunuh lebih dari 100 milisi di barat Khan Younis. Israel mengatakan sejauh ini mereka sudah membunuh 9.000 milisi. Angka tersebut belum dapat diverifikasi.

Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan Qatar sudah "memberikan gagasan pada kedua belah pihak, kami terus-menerus menerima arus balasan dari kedua belah pihak dan ini alasan untuk optimistis."

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan utusan AS untuk Timur Tengah, Brett McGurk, sedang berada di Kairo dan akan melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk melakukan diskusi "aktif" guna memastikan pembebasan para sandera dan mengamankan jeda kemanusiaan.

"Pembicaraan yang dilakukan sangat tenang dan serius untuk mencoba mendapatkan kesepakatan penyanderaan lainnya," kata Kirby kepada wartawan.

Masing-masing pihak menyalahkan pihak lain atas ambruknya gencatan senjata tujuh hari pada bulan November lalu dengan menolak persyaratan untuk memperpanjang pembebasan sandera dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina.

 

Israel dan Hamas membebaskan sandera dan tahanan perempuan, anak-anak dan warga negara asing. Tetapi pada jam-jam terakhir mediator gagal menemukan formula untuk membebaskan lebih banyak lagi, termasuk tentara Israel dan warga sipil yang masih ditawan Hamas.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement