REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ukraina berpotensi tidak akan menang dalam konflik melawan Rusia jika Amerika Serikat (AS) berhenti memberikan bantuan keamanan ke Kiev. Hal tersebut disampaikan Kepala Angkatan Udara AS Frank Kendall dalam simposium Asosiasi Angkatan Udara dan Luar Angkasa (AFA).
"Jika kita membiarkan Rusia menang (di Ukraina), dan ada risiko nyata jika dukungan finansial kita tidak berlanjut, China hampir pasti akan menyimpulkan bahwa AS tidak memiliki kemauan untuk mempertahankan norma internasional dalam melawan agresi yang berlangsung secara terang-terangan," kata Kendall pada Senin (12/2/2024).
Dalam pandangan Kendall, risiko konflik di masa depan baik di Eropa maupun Indo-Pasifik hanya akan meningkat jika Washington meninggalkan Ukraina sekarang. Sebelumnya, Senator AS JD Vance mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Tucker Carlson, semua orang di Kongres tahu bahwa melanjutkan pertempuran di Ukraina akan menyebabkan kehancuran negara tersebut.
Senat AS mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) pendanaan tambahan sebesar 95 miliar dolar AS (sekitar Rp 1,48 kuadriliun). RUU tersebut mencakup antara lain sekitar 60 miliar dolar AS (sekitar Rp 937,75 triliun) untuk Ukraina dan 14 miliar dolar AS (sekitar Rp 218,8 triliun) untuk Israel.