REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Rusia mengumumkan oposisi pemerintah yang dihukum penjara seumur hidup, Alexei Navalny meninggal dunia setelah pingsan dan upaya memulihkan kesadarannya gagal. Namun keluarganya masih meragukan laporan tersebut.
"Saya tidak ingin mendengar ucapan belasungkawa, kami melihatnya dalam pertemuan di penjara pada 12 (Februari), ia hidup, sehat dan bahagia," kata ibunya, Lyudmila Navalnaya dikutip dari Facebook oleh surat kabar Rusia, Novaya Gazeta, Jumat (16/2/2024).
Pengacara Navalny dalam perjalanan menuju penjara tempat Navalny menjalani hukumannya hingga ia berusia di atas 70 tahun. Di Konferensi Keamanan di Munich, istrinya Yulia Navalnaya mengatakan ia tidak bisa mempercayai Presiden Vladimir Putin dan pemerintahnya karena mereka terus-menerus berbohong.
"Namun, jika hal tersebut memang benar, maka saya ingin mengatakan ini: Putin dan semua orang yang bekerja untuknya, seluruh rombongannya, teman-temannya, saya ingin mereka tahu bahwa mereka tidak akan luput dari hukuman. Mereka akan dihukum atas apa yang telah mereka lakukan terhadap negara kami, atas apa yang telah mereka lakukan terhadap keluarga saya, atas apa yang telah mereka lakukan terhadap suami saya,” katanya.
Navalny meramalkan Rusia akan mengalami gejolak politik karena Putin membangun sistem di bawah kekuasaan pribadi yang mengandalkan korupsi. Kremlin membantah tuduhan mengenai korupsi besar-besaran dan kekayaan pribadi Putin.
Rusia menetapkan Navalny sebagai ekstremis yang menjadi boneka CIA. Moskow menuduhnya berniat memicu kekacauan dan mengubah Rusia menjadi negara boneka Barat.
Satu hari sebelum pengumuman kematiannya, dari balik jeruji besi Navalny terlihat tertawa dan membuat lelucon mengenai dananya yang kian menipis dan gaji hakim.
"Yang Mulia, saya akan mengirimkan nomor rekening pribadi saya sehingga Anda dapat menggunakan gaji Anda yang besar sebagai hakim federal untuk 'menghangatkan' rekening pribadi saya, karena saya kehabisan uang," katanya dalam sebuah tautan video.
Ia salah satu pemimpin unjuk rasa pertama yang ditangkap dalam demonstrasi kecurangan pemilu tahun 2011. Dalam wawancara di Moskow pada 2011, Navalny ditanya apakah ia takut melawan Putin.
"Itulah perbedaan antara saya dan Anda: Anda takut dan saya tidak takut, saya sadar bahwa ada bahaya, tapi mengapa saya harus takut?" katanya.