REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Total korban jiwa dalam serangan drone Rusia ke blok apartemen di selatan Kota Odesa, Ukraina, bertambah menjadi 10 orang. Gubernur Odesa Oleh Kiper mengatakan tim penyelamat menemukan jenazah seorang ibu dan bayi.
Drone Rusia menghantam gedung tempat tinggal di Odesa pada Sabtu (1/3/2024). Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan korban jiwa bisa dihindari bila pengiriman senjata ke Ukraina tidak tertunda. "Jenazah bayi tewas lainnya baru saja ditemukan di samping jenazah seorang perempuan, perkiraan awal anak itu berusia kurang dari satu tahun, tim penyelamat melanjutkan penyisiran puing-puing," kata Kiper di aplikasi kirim-pesan Telegram, Ahad (3/3/2024).
Kantor jaksa umum mengatakan bayi berusia delapan bulan salah satu dari tiga anak yang tewas dalam serangan tersebut. Pada Sabtu lalu Zelenskyy mengatakan bayi empat bulan dan dua tahun tewas dalam serangan itu. Menteri Dalam Negeri Ukraina Ihor Klymenko mengatakan bayi ditemukan di samping ibunya.
Ia mengunggah foto petugas penyelamat di samping selimut berlumuran darah. Terlihat tangan bayi di satu sisi dan tangan orang dewasa terulur di sisi lainnya. Ukraina mendeklarasikan pada Ahad kemarin sebagai hari berkabung di Odesa.
Sebelumnya Zelenskyy mengatakan serangan itu menggunakan drone Shahed yang diproduksi Iran. Rusia meluncurkan beberapa ribu drone jarak jauh itu sepanjang perang. Mengincar target-target yang berada di dalam jantung Ukraina.
“Suami saya segera berlari keluar untuk membantu orang-orang…lalu saya melihat orang-orang berlarian dan saya mengerti ada orang yang meninggal di sana,” kata Svitlana Tkachenko, yang tinggal di gedung tetangga.
Sementara itu sebuah drone juga menghantam gedung tempat tinggal lima lantai di Saint Petersburg di Rusia. Garda Nasional Rosgvardiya mengatakan 100 orang dievakuasi dan tidak ada korban jiwa.
Sebelumnya Gubernur St Petersburg Alexander Beglov mengatakan dua bangunan rusak dan penghuninya telah dievakuasi dalam apa yang ia sebut sebagai "insiden" tanpa korban jiwa.