Kamis 07 Mar 2024 06:30 WIB

Prajurit IDF Terus Terjerumus ke Lubang Kematian yang Sama

Berulang kali jebakan pejuang Palestina tewaskan prajurit IDF.

Tentara Israel membawa peti mati anggota cadangan yang tewas di Maghazi, Jalur Gaza, saat pemakamannya di pemakaman militer Gunung Herzl di Yerusalem, Selasa, 23 Januari 2024.
Foto:

Multi krisis

Ketika agresinya terhadap Jalur Gaza terus berlanjut, tentara pendudukan Israel menghadapi krisis bertubi-tubi  yang mempengaruhi kinerja militernya. Pada saat yang sama mereka menghadapi ketabahan yang legendaris dari faksi-faksi perlawanan Palestina.

Meskipun lebih dari lima bulan telah berlalu sejak agresi Israel di Gaza, perlawanan masih melancarkan serangan berturut-turut terhadap pasukan penjajah, dan keberhasilan operasinya menunjukkan kebuntuan yang dialami tentara pendudukan, dan pendarahan hebat. yang terjadi didalamnya berupa kerugian perwira, tentara dan kendaraan militer.

Aljazirah Arabia mengutip para analis menyimpulkan munculnya krisis serius di kalangan tentara pendudukan merupakan indikasi kuat kegagalan besar dalam perang di Jalur Gaza. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang siapa yang berperang, mengingat pembicaraan tentang kehadiran tentara asing di medan perang, selain puluhan perusahaan keamanan dan tentara bayaran.

Penulis dan peneliti politik Moin Manna percaya bahwa perang di Gaza merupakan kegagalan besar bagi tentara pendudukan yang menghabiskan kekuatan mereka, terutama pasukan darat, yang telah bobrok akibat serangan perlawanan. Dia menunjukkan bahwa permintaan yang berulang-ulang untuk gencatan senjata adalah manifestasi dari kelelahan yang dialami oleh pendudukan di Gaza.

Berbicara kepada Aljazirah ia mengatakan bahwa tentara tidak mampu setelah berperang lebih dari lima bulan, untuk mencapai prestasi nyata di Jalur Gaza. Mereka belum berhasil menghabisi terowongan pejuang Palestina pada tingkat taktik, maupun pada tingkat lainnya.

Dia menambahkan bahwa krisis yang dihadapi tentara pendudukan dalam perang di Gaza muncul dari ketidakmampuan mereka untuk mengidentifikasi target sebagai akibat dari kebutaan intelijen yang mereka hadapi, selain kejutan taktis yang mereka hadapi di lapangan.

Di antara krisis yang sedang dialami IDF adalah menipisnya jumlah pasukan. Media Israel melaporkan bahwa tentara Israel kekurangan personel, dan membutuhkan sekitar 7.000 tentara tambahan. Surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip pernyataan dari tentara pendudukan bahwa setengah dari pasukan yang dibutuhkan akan didistribusikan untuk misi tempur.

photo
Pasukan Elite Israel Terpukul - (Republika)

Krisis selanjutnya adalah pengunduran diri massal. Channel 14 Israel mengungkap gelombang besar pengunduran diri massal yang mencakup sejumlah besar perwira dan pejabat di departemen juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, sebagai protes terhadap pelaksanaan operasi militer di Jalur Gaza.

Laporan pers mengungkapkan bahwa tentara di pasukan elit dan brigade cadangan mengumumkan penolakan mereka untuk bergabung dengan tentara untuk berpartisipasi dalam perang di Gaza.

Surat kabar Haaretz melaporkan dalam sebuah laporan bahwa sekelompok tentara Israel di Brigade elit Givati ​​​​menolak untuk berpartisipasi dalam perang di Jalur Gaza. Mereka menuduh para jenderal mengabaikan keselamatan psikologis dan fisik mereka.

Sedangkan krisis yang dihadapi tentara pendudukan dalam perang di Gaza muncul dari ketidakmampuan mereka untuk mengidentifikasi target sebagai akibat dari kebutaan intelijen yang mereka hadapi, selain kejutan taktis yang mereka hadapi di lapangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement