Ahad 17 Mar 2024 14:10 WIB

Tentara Inggris Terpapar Racun Berbahaya Selama Bertugas di Irak

Bubuk oranye kekuningan itu tidak hanya berada di tanah, tetapi juga tertiup angin.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
  Layanan darurat membersihkan puing-puing rumah Peshraw Dizayi yang terkena serangan rudal Iran di Irbil, Irak, Selasa, (16/1/2024).
Foto: AP Photo/Julia Zimmermann
Layanan darurat membersihkan puing-puing rumah Peshraw Dizayi yang terkena serangan rudal Iran di Irbil, Irak, Selasa, (16/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, Veteran perang Irak Andy Tosh menunjuk hidungnya di mana ia dirawat karena kanker kulit dan tanda merah di tangannya. Ia mengatakan kesehatannya rusak permanen bukan karena panasnya gurun Irak tapi akibat bahan kimia beracun di tempat yang ia jaga.

"Jelas pasukan-pasukan Inggris terpapar racun," kata mantan sersan Angkatan Udara Inggris (RAF) itu seperti dikutip dari Sky News, Jumat (15/3/2024). Sky News mengungkapkan hampir 100 tentara Inggris terpapar natrium dikromat saat menjaga instalasi pengolahan air Qarmat Ali pada tahun 2003. Sepuluh veteran Inggris mengungkapkan penderitaan mereka.

Baca Juga

Para veteran itu merasa "dikhianati" Pemerintah Inggris usai mengalami berbagai masalah kesehatan, termasuk mimisan setiap hari, tumor otak dan tiga orang didiagnosa kanker. Natrium dikromat yang digambarkan sebagai "racun mematikan" itu merupakan karsinogen.

Para mantan tentara mengatakan tanah di Qarmat Ali dipenuhi zat tersebut. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bersedia bertemu para veteran untuk bekerja sama dengan mereka di masa depan. Namun para mantan tentara mengatakan mereka menginginkan jawaban dan pertanggung jawaban.

Mantan kepala staf khusus Inggris, Lord Richard Dannatt menyerukan "penyelidikan menyeluruh" atas apa yang terjadi. "Bila kesehatan beberapa prajurit terdampak, maka saya kira ada kebutuhan setidaknya bantuan medis, apabila tidak kompensasi," katanya pada Sky News.

Di bulan-bulan pertama perang Irak, sekitar 88 tentara Inggris dikerahkan ke Qarmat Ali untuk memberikan pengawalan bersenjata. Terletak di dekat Basra, Qarmat Ali dibangun pada tahun 1970an untuk memompa air melalui jaringan pipa guna membuang minyak di dekatnya.

Mengenakan peralatan tempur lengkap para tentara Inggris menahan panas gurun Iran hingga 50 derajat Celius. Mereka mendengar suara tembakan roket pada malam hari saat berpatroli mengeliling fasilitas yang mereka jaga.

Mereka tidak tahu tempat itu terkontaminasi natrium dikromat yang digunakan untuk mencegah karat. Sebelum Amerika Serikat (AS) mengambil alih lokasi tersebut, air yang disaring dan diolah dengan natrium dikromat untuk meningkatkan umur jaringan pipa, pompa, dan peralatan lainnya.

Natrium dikromat merupakan jenis kromium heksavalen, kelompok senyawa yang terkenal setelah film Erin Brockovich dirilis tahun 2000 yang mendramatisasi kontaminasi air di sekitar kota California. Anggota militer Inggris mengatakan mereka melihat bagaimana ribuan kantong berisi bubuk oranye itu disimpan di bangunan tanpa atap, beberapa di antaranya robek, tersebar angin.

Qarmat Ali dianggap penting untuk memulihkan produksi minyak Irak setelah Saddam Hussein dikalahkan. Pemerintah AS menunjuk kontraktor KBR untuk mengelola tempat tersebut. Tentara AS akan mengawal konvoi pekerja KBR ke Qarmat Ali, di mana mereka bekerja di bawah perlindungan pasukan RAF Inggris.

"Tempat itu seperti tempat rongsokan," kata mantan kopral yang dikirim ke Irak setelah bertugas di Irlandia Utara, Jim Garth. Di tengah kekacauan invasi, sebagian besar situs tersebut dijarah untuk diambil logamnya.

Tabung-tabung gas klorin yang bocor tergeletak di tanah. para mantan prajurit mengatakan yang tidak dapat dijelaskan adalah mimisan, ruam, dan lesi yang diderita pasukan Inggris yang ditempatkan di sana dan para prajurit AS yang mengunjungi tempat itu. "Saya melihat ada ruam di lengan bawah saya," kata Tosh.

"Saya beroperasi di negara-negara tropis yang panas, saya tidak pernah mengalami ruam seperti yang saya alami di lengan bawah saya, anggota tim kami yang lain mengalami gejala yang berbeda, tetapi pada saat itu kami tidak tahu mengapa," tambahnya.

Pada Agustus 2003 muncul dua orang dengan pakaian hazmat dan masker respirator. Kemudian mereka memasang tanda dengan gambar tengkorak dan tulang bersilang. "Peringatan. Bahaya bahan kimia. Alat pelindung diri lengkap dan respirator bahan kimia diperlukan. Paparan natrium dikromat" tulis papan tersebut.

"Kami sangat terkejut, kami sudah berada di lokasi itu selama berbulan-bulan, terpapar," kata Tosh. "Itu adalah jenis ancaman yang berbeda yang satupun diantara kami yang memahaminya."

Garth mengatakan, bubuk oranye kekuningan itu tidak hanya berada di tanah, tetapi juga tertiup angin. "Jadi tanpa sepengetahuan kami, benda itu ada di sekitar kami sepanjang waktu," tambahnya.

Investigasi yang dilakukan departemen pertahanan AS menemukan "secara tidak sengaja" anggota militer dan warga sipil terpapar bahan kimia beracun. Laporan itu juga menyalahkan KBR atas keterlambatan dalam mengenali dan merespons bahaya yang ditimbulkan natrium dikromat.

Laporan itu mengatakan KBR baru menyadari penggunaan natrium dikromat di Qarmat Ali pada 31 Mei 2003. Ketika perusahaan tersebut meninjau pedoman operasi yang menjelaskan penggunaan bahan kimia tersebut di fasilitas tersebut.

Menurut laporan tersebut pada bulan Juni 2003 baik KBR maupun Task Force Restore Iraqi Oil, kelompok militer yang bertanggung jawab untuk memulihkan produksi minyak Irak, melaporkan lokasi tersebut berpotensi terkontaminasi dengan natrium dikromat, yang mereka kenali sebagai karsinogen.

Nasib pasukan AS yang terpapar natrium dikromat di Qarmat Ali didokumentasikan dengan jauh lebih baik daripada rekan-rekan mereka di Inggris. Para anggota Garda Nasional yang mengunjungi situs tersebut jatuh sakit.

Hal ini, mengarah pada penyelidikan resmi dan dukungan pemerintah bagi para veteran di seluruh dunia. "Ketika saya berada di Qarmat Ali, saya mulai menderita mimisan yang parah," kata mantan petugas medis Amerika Russell Powell kepada sebuah penyelidikan Senat.

Ia mengatakan, dalam waktu tiga hari setelah tiba di fasilitas itu pada April 2003, ia mengalami ruam di buku-buku jari, tangan, dan lengannya. Powell mengatakan beberapa orang di peletonnya juga mengalami hal yang sama.

Powell mengatakan, dia sudah bertanya pada salah satu pegawai KBR tentang bubuk tersebut. Pegawai KBR itu mengatakan atasannya mengatakan kepadanya untuk tidak mengkhawatirkannya.

Di sidang dengar pendapat tahun 2009 lalu Powell mengatakan gejala yang ia derita tidak berubah sejak bertugas di Irak. "Saya tidak bisa mengambil napas penuh," katanya.

Letnan Kolonel Garda Nasional Negara Bagian Indiana James Gentry ditempatkan di Qarmat Ali pada tahun 2003. "Mereka memiliki informasi ini dan tidak membagikannya," kata Gentry merujuk pada kontraktor KBR, dalam video deposisi, wajahnya terlihat pucat dan kesulitan bernapas. "Saya sekarat karena itu," tambahnya.

Gentry meninggal dunia karena kanker pada tahun 2008. Dalam dokumen pengadilan Angkatan Darat AS mengatakan, kematiannya sesuai dengan tugas karena terpapar natrium dikromat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement