Kamis 04 Apr 2024 12:19 WIB

Iran Diprediksi akan Balas Serangan dengan Incar Kepentingan Israel 

Langkah paling dramatis yaitu meningkatkan kemurnian uranium hingga 90 persen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Dalam gambar yang dirilis Kementerian Pertahanan Iran pada Sabtu, (17/2/2024), sistem pertahanan udara Arman buatan dalam negeri, kanan, ditampilkan saat upacara peresmian dengan rudal Sayyad-3, kiri,
Foto: Iranian Defense Ministry via AP
Dalam gambar yang dirilis Kementerian Pertahanan Iran pada Sabtu, (17/2/2024), sistem pertahanan udara Arman buatan dalam negeri, kanan, ditampilkan saat upacara peresmian dengan rudal Sayyad-3, kiri,

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar Timur Tengah di lembaga think-tank Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Elliott Abrams mengatakan, ia yakin Iran tidak ingin menggelar perang skala penuh untuk membalas serangan Israel ke kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah. Namun ada kemungkinan Iran akan menyerang kepentingan-kepentingan Israel.

"Saya pikir saat ini Iran tidak ingin perang skala besar Israel-Hizbullah, jadi responsnya tidak akan dalam bentuk aksi besar Hizbullah," kata Abrams merujuk kelompok yang menguasai banyak wilayah di Lebanon dan proksi militer terkuat Iran, Rabu (3/4/2024).

Baca Juga

"Mereka memiliki banyak cara untuk merespons, contohnya mencoba meledakan kedutaan besar Israel," tambahnya. Selain menyerang kepentingan Israel di luar negeri Iran juga dapat membalas serangan ke kantor konsulatnya di Suriah dengan mempercepat program nuklirnya. Sejak mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018 lalu Iran sudah kembali mempercepat kemajuan program nuklirnya.

Namun, dua langkah paling dramatis yaitu meningkatkan kemurnian uranium yang diperkaya hingga 90 persen untuk digunakan sebagai senjata, atau menghidupkan kembali upaya untuk merancang senjata yang sebenarnya dapat menjadi bumerang dan mengundang serangan Israel atau AS.

"Salah satu dari kedua hal tersebut akan dilihat Israel dan AS sebagai keputusan untuk mendapatkan bom. Jadi mereka benar-benar mengambil risiko besar. Apakah mereka siap untuk melakukannya? Saya rasa tidak," kata sumber yang mengikuti isu ini dengan seksama dan tidak bersedia disebutkan namanya.

Direktur program Timur Tengah di lembaga pemikir CSIS di Washington Jon Alterman mengatakan ia tidak memperkirakan Iran akan menggelar respons besar-besaran. "Iran tidak terlalu tertarik untuk memberikan pelajaran kepada Israel daripada menunjukkan kepada sekutu-sekutunya di Timur Tengah mereka tidak lemah," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement