Rabu 10 Apr 2024 19:00 WIB

Biadab, Zionis Israel Terus Gempur Jalur Gaza Saat Muslim Sedang Rayakan Idul Fitri

Zionis Israel tak ingin warga Gaza Utara kembali ke tempat tinggal mereka

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina memeriksa kerusakan bangunan tempat tinggal pasca serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina memeriksa kerusakan bangunan tempat tinggal pasca serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM—Tentara Israel terus menggempur sejumlah kawasan di Jalur Gaza melalui serangan udara meski umat Muslim seluruh dunia, termasuk di Palestina, tengah memperingati Idul Fitri yang jatuh pada Rabu (10/4/2024).

"Dalam 24 jam terakhir, pesawat tempur dan pesawat nirawak telah menyerang puluhan target di sejumlah area berbeda di Jalur Gaza," demikian pernyataan militer Israel.

Baca Juga

Angkatan darat Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan area militer, anjungan peluncuran roket, dan mulut terowongan.

Selain itu, mereka juga menyebut terlibat bentrokan dengan pejuang Palestina di Gaza tengah.

Pasukan Israel yang saat ini masih bertahan di Jalur Gaza terbatas pada tentara Brigade Nahal yang ditempatkan di koridor Netzarim yang membelah Gaza menjadi dua bagian di selatan dan utara

Koridor tersebut dibuat untuk menghalangi kembalinya masyarakat Palestina ke Gaza utara.

Sementara itu, gerakan perjuangan Palestina Hamas masih belum mengeluarkan pernyataan balasan menanggapi pernyataan militer Israel.

Terkait bantuan kemanusiaan, Badan Bantuan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan sejak Februari dan Maret lalu Israel menolak 40 persen akses misi bantuan makanan ke Gaza. Sejak Maret lalu Israel melarang semua konvoi bantuan makanan UNRWA ke kantong pemukiman Palestina itu.

Dikutip dari Aljazirah, Selasa (9/4/2024) UNRWA mengatakan sejak Januari lalu Israel melarang semua konvoi bantuan makanan ke Gaza utara. Israel mengklaim bantuan lebih cepat bergerak di Gaza setelah masyarakat internasional menekan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan akses bantuan.

Namun angka yang didapat PBB bertentangan dengan pernyataan Israel. PBB mengatakan jumlah bantuan yang masuk jauh di bawah syarat minimal untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.

Israel mengklaim pada Senin lalu 419 truk bantuan masuk ke Gaza, jumlah truk terbanyak yang masuk ke kantong pemukiman tersebut sejak Israel menyerang Gaza pada Oktober lalu. Namun Masyarakat Bulan Sabit Merah dan PBB mengungkapkan angka yang jauh lebih rendah.

PBB mengatakan truk-truk itu hanya terisi setengah karena inspeksi Israel. PBB mengatakan Israel jauh membatasi jumlah makanan masuk ke daerah yang terancam mengalami kelaparan dibandingkan jenis bantuan yang lain.

Juru bicara badan kemanusiaan PBB (OCHA) Jens Laerke memperlihatkan statistik bulan Maret lalu yang menunjukkan semakin sulit truk makanan mendapatkan izin masuk dibandingkan bantuan lain ke Gaza.

Agresi militer Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 33.300 warga Palestina dan mencederai lebih dari 76 ribu orang lainnya.

PBB menyebut aksi Israel itu menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terusir dari tempat tinggalnya, 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.

Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan putusan awal pada 26 Januari yang memerintahkan Israel untuk berhenti melakukan genosida dan mengupayakan perbaikan kondisi kemanusiaan di Gaza.

photo
Setengah tahun genosida di Gaza - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement