Haniyeh yang tunjuk untuk memimpin Hamas pada 2017 lalu berpindah-pindah dari Turki dan Doha, Qatar. Ia menghindari larangan berpergian yang diterapkan Israel di Gaza dan membuatnya dapat bertindak sebagai negosiator dalam negosiasi gencatan senjata atau berkomunikasi dengan Iran, salah satu sekutu terkuat Hamas.
Israel menganggap seluruh pemimpin Hamas sebagai teroris dan menuduh Haniyeh dan pemimpin kelompok perjuangan itu terus "menjalankan orgasisasi teror Hamas."
Namun, seberapa jauh Haniyeh mengetahui tentang serangan lintas batas 7 Oktober yang dilakukan Hamas yang berbasis di Gaza masih belum jelas. Rencana serangan yang disusun oleh dewan militer Hamas di Gaza tersebut merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas di luar negeri tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.