Kamis 18 Apr 2024 08:20 WIB

Seberapa Tangguh Pertahanan Iran Jika Israel Menyerang?

Presiden Iran Ibrahim Raisi tak gentar dengan janji serangan balasan Israel.

Sejumlag rudal diangkut truk saat parade Hari Angkatan Bersenjata di pangkalan militer utara Teheran, Iran, Rabu (17/4/2024).
Foto:

Lapisan Sistem Pertahanan Anti-Rudal 

Iran mengoperasikan beragam pertahanan rudal yang dikembangkan sendiri selain rudal jarak jauh untuk membuat berlapis-lapis pertahanan. Di antaranya sistem pertahanan jarak menengah termasuk Arman, Tactical Sayyad, dan Khordad-15.

Sistem pertahanan ini mampu melindungi langit Iran dari rudal dengan jangkauan jarak 200 km pada beragam ketinggian. Arman yang dirilis pada November 2022, bisa diletakkan di bagian belakang truk militer serta siap dioperasikan hanya dalam hitungan menit. 

Arman punya dua versi yaitu menggunakan radar aktif atau pasif yang dipindai secara elektronik. Ini akurat dan sulit untuk dikacaukan perangkat lain. Arman dirancang untuk menangkal senjata balitistik, artinya digunakan di medan pertempuran berjarak di bawah 300 km. 

Sistem pertahanan Arman ini dilengkapi rudal guna menjatuhkan rudal dengan presisi tinggi, rudal anti-bungker yang dirancang untuk menghancurkan infrastruktur bawah tanah. Mereka juga mempunyai sistem jarak pendek Azarakhsh, Majid, dan Zoubin. 

Garda Revolusi dan angkatan bersenjata Iran juga mempunyai banyak jenis rudal balistik dan jelajah dengan berbagai jarak jangakauan. Ada pula yang mencapai 2.000 km. Selain itu mereka punyai drone serangan seperti yang digunakan pada serangan Ahad dini hari lalu. 

Potensi Serangan Siber

Lebih dari satu dekade, Israel tak mengandalkan perang konvensional untuk menyasar kepentingan Iran. Beberapa kali mereka menyabotase fasilitas nuklir Iran. 

Pada Juni 2010, virus Stuxnet ditemukan di komputer-komputer yang berada di pembangkit nuklir Iran, Kota Bushehr. Virus ini kemudian menyebar ke fasilitas lainnya. Sekitar 30 ribu komputer di 14 fasilitas terdampak hingga September 2010. 

Setidaknya 1.000 dari 9.000 sentrifugal di fasilitas pengayaan uranium Natanz dihancurkan. Melalui penyelidikan, Iran menuding Israel dan AS berada di balik serangan virus itu. 

Belum genap setahun, yaitu April 2011, virus Stars terdeteksi oleh badan pertahanan siber yang disusupkan untuk menhancurkan fasilitas nuklir Iran. Lagi-lagi, Iran menyalahkan AS dan Israel atas serangan virus ini. 

Lalu, pada November 2011 Iran menemukan virus baru, Duqu yang basisnya ada pada Stuxnet. Para pakar mengungkapkan, Duqu dibuat untuk menghimpun data untuk serangan siber selanjutnya. Mereka meyakini virus ini mempunyai kaitan dengan Israel. 

April 2012,  Iran menyalahkan AS dan Israel atas malware yang disebut Wiper, yang menghapus hard drives komputer milik Kementerian Perminyakan dan National Iranian Oil Company.

Sebulan kemudian, Mei 2012, Iran mengumumkan adanya virus Flame yang digunakan untuk mencuri data dari komputer pemerintah. The Washington Post melaporkan, Israel dan AS biasa menggunakannya untuk mengumpulkan data intelijen. 

Moshe Yaalon yang kemudian menjabat wakil perdana menteri tak mengonfirmasi keterlibatan Israel dalam kasus ini tetapi mengakui Israel akan menggunakan berbagai cara untuk merusak sistem nuklir Iran. 

Pada Oktober 2018, Pemerintah Iran menyatakan telah memblokir invasi gerenasi baru virus Stuxnet. Pada Mei 2020, serangan siber berdampak pada komputer yang mengendalikan lalu lintas maritime di Pelabuhan Shahid Rajaee, Iran selatan. 

Ini menyebabkan kapal-kapal mengantre panjang. The Washington Post mengutip sejumlah pejabat AS mengungkapkan bahwa Israel dalang serangan ini, meski Israel tak mengakuinya. 

 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement