REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Pengunjuk rasa pro-Palestina menduduki kampus University of Amsterdam. Satu hari setelah polisi bentrok dengan pengunjuk rasa di ibu kota Belanda dan membongkar tenda-tenda di UvA.
Polisi mengatakan UvA tidak meminta mereka menghentikan unjuk rasa. Pernyataan ini bertolak belakang dengan aksi polisi menghancurkan barikade unjuk rasa di UvA dan menahan 169 orang di kampus lainnya.
Dalam pernyataannya pada Rabu (8/5/2024), dilansir laman Reuters, setelah tengah malam UvA mengatakan mereka akan mencari solusi dengan para mahasiswa yang menggelar unjuk rasa sejak Senin (6/5/2024). UvA menambahkan para pengunjuk rasa "menyebabkan kerusakan cukup besar."
"Universitas akan menjaga sejumlah lokasi ditutup karena blokade. Mahasiswa memprotes hubungan akademik dengan Israel dan mengecam respon universitas. UvA menuduh perilaku sejumlah pengunjuk rasa mengintimidasi.
Terdapat video yang menunjukkan bentrokan antara pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Palestina.
Di University of Utrecht sekitar 40 kilometer selatan Amsterdam, polisi setempat membubarkan demonstrasi di perpustakaan kampus itu. Pada Selasa (8/5/2024) kemarin polisi Jerman membubarkan demonstrasi solidaritas pada rakyat Palestina di Gaza di Free University (FU) di Berlin. Para pengunjuk rasa mengenakan keffiyeh dan berteriak "viva, viva Palestina."
Pengunjuk rasa pro-Palestina di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menghadapi penindakan keras dari pihak berwenang. Tapi perlawanan terhadap perang Israel di Gaza yang sudah menewaskan hampir 35 ribu rakyat Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, terus tumbuh.
Polisi juga membongkar tenda-tenda protes pro-Palestina di berbagai kampus-kampus di AS.
"Pendudukan tidak dapat diterima di kampus FU Berlin, kami bersedia untuk dialog akademik, tapi bukan ini caranya," kata Rektor FU Guenter Ziegler dalam pernyataannya seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (7/5/2024).
Sementara dalam unggahan video di media sosial dan diverifikasi Aljazirah, terlihat massa yang mendukung rakyat Palestina di Gaza dan menuntut diakhirinya perang Israel di kantong pemukiman itu berkumpul di Place de La Republique di Paris.