Jumat 12 Jan 2018 12:35 WIB

Menlu AS Akui Dubesnya Bersalah Atas Komentar Soal Muslim

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Muslim di Belanda
Muslim di Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kementerian Luar Negeri AS menyatakan Duta Besar (Dubes) baru AS untuk Belanda, Pete Hoekstra telah melakukan kesalahan dan merasa sangat bersalah atas komentarnya tentang Muslim dua tahun lalu. Hoekstra mengatakan para imigran Muslim telah 'membakar' politikus dan menciptakan zona terlarang di Belanda.

Pada Kamis (11/1), Wakil Menteri Luar Negeri AS Steve Goldstein mengatakan Kementerian Luar Negeri AS tidak setuju dengan ucapan Hoekstra pada 2015 tentang migran Muslim di Belanda. Goldstein mengatakan Hoekstra akan diwawancarai oleh sebuah media Belanda pada Jumat (12/1) dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini.

 

Menurutnya, Hoekstra juga telah diminta mengunjungi berbagai komunitas di Belanda di akhir pekan ini, termasuk komunitas Muslim. Dia menegaskan, Hoekstra telah meminta maaf atas ucapannya pada 2015 dalam sebuah pernyataan resmi di akun Twitter pribadinya pada Desember lalu.

 

"Duta Besar telah membuat kesalahan pada 2015, dengan membuat komentar yang seharusnya tidak disampaikan. Dia telah mengakui itu," kata Goldstein.

 

"Dia meminta maaf pada Desember lalu. Dia akan melakukan wawancara besok. Kami telah menjelaskan kepadanya, dia harus menyelesaikan masalah ini. Dan dia pasti mengerti itu. Dia merasa sangat menyesal," tambah dia.

 

Pada Rabu (10/1), Hoekstra membuat marah media Belanda dalam pertemuan pertamanya dengan wartawan sejak menjabat sebagai dubes. Ia menolak untuk menjawab pertanyaan yang meminta dia mengklarifikasi ucapannya tentang imigran Muslim dua tahun lalu.

 

Hoekstra, yang lahir di Belanda, dalam sebuah diskusi yang disponsori oleh kelompok sayap kanan David Horowitz Freedom Center pada 2015, mengatakan gerakan Islam sekarang telah mencapai titik yang akan mengacaukan Eropa.

 

"Kekacauan di Belanda, ada mobil yang terbakar. Ada politikus yang sedang dibakar dan, ya, ada zona terlarang di Belanda," kata dia.

 

Pada Desember lalu, Hoekstra membantah telah mengeluarkan pernyataan tersebut dan menyebutnya sebagai berita palsu. Namun saat diwawancara oleh Nieuwsuur, stasiun TV Belanda itu ternyata memiliki rekaman ucapannya.

 

Di bulan yang sama, Hoekstra mengakui telah membuat komentar tentang Muslim pada 2015. "Saya membuat beberapa ucapan pada 2015 dan menyesalkan sikap saya selama wawancara dengan Nieuwsuur. Mohon terima permohonan maaf saya," kata Hoekstra.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement