Jumat 19 Jan 2018 19:12 WIB

Pengungsi Rohingya Susun Daftar Permintaan Jelang Pemulangan

Pengungsi merasa cemas tentang tinggal di kamp sementara di Myanmar ketika kembali

Rep: marniati/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang anak pengungsi Muslim Rohingya membawa selimut di lokasi pengungsian Kutupalong di Ukhiya, Bangladesh, Kamis (21/12).
Foto: AP/Bernat Armangue
Seorang anak pengungsi Muslim Rohingya membawa selimut di lokasi pengungsian Kutupalong di Ukhiya, Bangladesh, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, KUTUPALONG -- Pemimpin Rohingya di sebuah kamp pengungsi Bangladesh menyusun daftar permintaan yang mereka inginkan sebelum pihak berwenang melakukan proses pemulangan yang diperkirakan akan dimulai pekan depan dan berlangsung selama dua tahun.

Daftar permintaan tersebut merupakan indikasi terbaru dan tantangan ke depan bagi Bangladesh dan Myanmar karena mencoba memulangkan pengungsi yang takut akan operasi militer lanjutan di Negara Bagian Rakhine. Pengungsi juga merasa cemas tentang prospek tinggal di kamp sementara di Myanmar ketika mereka kembali.

 

Enam tokoh Rohingya, yang mewakili 40 desa dari Rakhine, menunjukkan daftar tuntutan kepada Reuters di kamp pengungsi Kutupalong, di mana 655.500 pengungsi Rohingya tinggal.

 

Petisi tersebut menyebutkan tidak satupun Muslim Rohingya akan kembali ke Myanmar kecuali jika tuntutan tersebut dipenuhi.

 

Baznas Siapkan Rp6 Miliar Bantu Pengungsi Rohingya

 

Petisi yang masih dalam penyusunan ini meminta pemerintah Myanmar mengumumkan secara terbuka terkait pemberian kewarganegaraan Rohingya dan memasukkan Rohingya sebagai daftar kelompok etnis yang diakui negara tersebut. Mereka juga meminta dikembalikan ke rumah mereka dan pembangunan masjid, dan sekolah kembali dilakukan.

 

Rohingya juga menginginkan militer bertanggung jawab atas pembunuhan, penjarahan dan pemerkosaan, dan membebaskan warga Rohingya yang tidak bersalah yang ditangkap dalam operasi kontra-pemberontakan.

 

Mereka juga meminta Myanmar untuk menghentikan daftar orang-orang yang disebut sebagai teroris di media pemerintah dengan memajang foto mereka di halaman Facebook pemerintah.

 

Surat kabar negara Myanmar pekan ini mengeluarkan daftar tambahan nama dan foto anggota Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang menyerang pos keamanan pada 25 Agustus dan memicu operasi kontra pemberontakan.

 

Para tetua Rohingya menambahkan mereka masih menyelesaikan daftar tuntutan sebelum menunjukkannya kepada pemerintah Bangladesh dan lembaga-lembaga yang mengelola kamp-kamp tersebut.

 

Mereka mengatakan petisi tersebut mewakili kepentingan semua Rohingya di kamp penungsi, namun hal ini tidak dapat diverifikasi secara independen dan lembaga bantuan tidak dapat berkomentar sambil menunggu penerbitan resmi permohonan tersebut.

 

Bangladesh dan Myanmar pekan ini sepakat untuk menyelesaikan kembalinya para pengungsi selama dua tahun ke depan, dengan proses yang akan dimulai pada Selasa. Tapi saat persiapan pemulangan sedang berlangsung , Muslim Rohingya masih terus berdatangan ke Bangladesh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement