Rabu 18 Apr 2018 19:06 WIB

Guru Les Singapura Terancam Dipenjara karena Bantu Mencontek

Bimbingan belajar pribadi menjadi usaha yang berkembang pesat di Singapura

Aksi mencontek (ilustrasi)
Foto: pdk.or.id
Aksi mencontek (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Seorang guru les di Singapura mengaku bersalah karena membantu enam siswa Cina mencontek dalam ujian sekolah dengan cara 'sangat canggih' menggunakan panggilan video dan alat pendengar berwarna kulit, kata naskah pengadilan pada Rabu (18/4).

Bimbingan belajar pribadi adalah usaha besar di Singapura, dengan orangtua membayar 700 dolar Singapura (5,5 juta rupiah lebih) untuk kursus empat pertemuan dan beberapa guru les menjadi jutawan dari usaha itu. Nama baik Singapura untuk tata pendidikan baik menarik siswa dari seluruh Asia dan sekitarnya.

Tan Jia Yan, 32, bekerja untuk pusat bimbingan belajar, yang menawarkan jaminan uang kembali kepada pelajar Cina jika mereka gagal lulus ujian dan mendapatkan tempat di politeknik Singapura. Tan mengaku bersalah pada Senin untuk 27 tuduhan kecurangan.

Bersama dengan beberapa rekannya, Tan membantu memasangkan perangkat "bluetooth" dan alat pendengar berwarna kulit kepada siswa, yang terhubung ke telepon saku, yang ditempatkan secara diam-diam ketika mereka mengikuti ujian pada 2016.

Tan kemudian mengikuti ujian dan menggunakan kamera ponsel yang terpasang di dadanya untuk mengirim rekaman video dari kertas ke rekan-rekannya melalui aplikasi Facetime Facebook. Rekan-rekannya kemudian akan memanggil para siswa untuk memberi tahu mereka jawabannya.

Dokumen pengadilan mengatakan operasi "sangat canggih" tersebut berlangsung antara 19 Oktober hingga 24 Oktober 2016, sebelum ditemukan oleh seorang pengawas. Tan menghadapi hukuman 3 tahun penjara atau denda, atau keduanya, tiap tuduhan.

Tiga dari rekan-rekannya, termasuk kepala Pusat Pendidikan Zeus, juga dituntut, tetapi menentang tuduhan itu, menurut laporan media.

Kepala pusat pendidikan tersebut diduga bekerja dengan rekanan Cina, yang akan mengajukan siswa kepadanya, menurut dokumen pengadilan. Untuk setiap siswa yang diajukan, rekanan tersebut diduga menerima 8.000 dolar Singapura (6.100 dolar AS) untuk biaya deposit dan 1.000 dolar Singapura (763 dolar AS) lainnya untuk biaya masuk.

Dokumen pengadilan mengatakan enam siswa menjadi saksi dalam perkara tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement