Rabu 10 Aug 2011 06:56 WIB

Dewan Pemberontak Ambil Alih Kedubes Libya di London

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dewan pemberontak Libya pada Selasa secara resmi mengambil-alih kedutaan besar negara itu di Inggris, dan membuka pintunya sebagai wakil sah rakyat Libya di London.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, yang mengundang Dewan Transisi Nasional (TNC) --yang memberontak-- untuk mengambil-alih kedutaan besar itu dan menunjuk seorang utusan resmi pada akhir bulan lalu, menyambut baik tindakan tersebut.

"Dewan Transisi Nasional adalah 'lembaga pemerintah' satu-satunya yang sah di Libya. Oleh karena itu benar bahwa wakil mereka sekarang menyusun kepegawaian di kedutaan besar tersebut," kata Hague. "Melakukan demikian itu menandai dengan sangat jelas perubahan yang sekarang terjadi di Libya."

Ia menyatakan pemimpin Libya Muamar Gaddafi, yang para diplomatnya telah diusir dari Inggris bulan lalu setelah pengumuman Hague, telah kehilangan semua keabsahan dan sekarang berusaha untuk terus memegang kekuasaan "dengan makin kehilangan harapan".

Kedutaan besar Libya di London itu sekarang dipimpin oleh kuasa usaha NTC Mahmud Nacua, yang telah membuka secara resmi misi itu dengan mengibarkan bendera hitam, merah dan hijau Libya dengan sebuah bulan sabit dan bintang yang Gaddafi telah larang selama lebih dari 40 tahun.

Dalam sebuah pernyataan, Nacua mengatakan pembukaan kedutaan besar itu merupakan "momen yang sangat penting. Ia menyatakan, "Pembukaan kembali kedutaan besar itu melukiskan berapa jauh kami telah tiba."

Ia berjanji misi diplomatik itu akan "melayani semua masyarakat Libya terlepas dari bagaimana kesetiaan politik mereka", dan berterima kasih pada pemerintah Inggris atas "dukungan setianya'.

Inggris adalah salah satu negara yang memelopori dalam aliansi pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang telah melakukan serangan pemboman udara terhadap rezim Muamar Gaddafi.

Operasi itu terjadi sejak Maret lalu, ketika PBB menyetujui tindakan yang katanya untuk melindungi warga sipil, walaupun kemudian timbul kecaman bahwa operasi NATO itu juga telah menyebabkan puluhan warga sipil tewas.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement