Jumat 19 Dec 2014 23:22 WIB

FBI Yakin Korut Berada di Balik Serangan Hacker Terhadap Sony

Rep: C84/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Korut/ilustrasi
Foto: mega-flags.com
Bendera Korut/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sony Pictures telah mengumumkan pembatalan rilis film terbarunya yang berjudul "The Interview".

Film yang rencananya akan ditayangkan pada Kamis (25/12) dibatalkan menyusul aksi serangan dari para hacker. Tidak lama usai pembatalan film tersebut, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh Korea Utara (Korut) berada di balik serangan hacker tersebut.

Korut dikabarkan berang atas film tersebut mengingat fim itu berisi tentang Pemimpin Negara mereka, Kim Jong-un. "Sony Pictures tidak memiliki rencana rilis lebih lanjut untuk film ini," menurut pernyataan dari Sony, seperti dilansir USA today, Jumat (19/12).

Korut menyebut film tersebut sebagai alat propaganda yang dapat menyulut aksi perang karena dianggap mengolok-olok pemimpin negaranya.

Seorang pembelot dan mantan profesor ilmu komputer Korea Utara, Kim Heung Kwang, mengatakan tentang para hacker di Korut. “Mereka merupakan orang-orang terbaik dan paling berbakat di Korut,” katanya, seperti dilansir Euronews, pada Kamis (18/12).

Keputusan Sony membatalkan pemutaran fil ini dinilai insan film sudah tepat dan bisa dimaklumi mengingat ancaman tersebut.

Namun, di pihak lain, menyatakan bahwa Sony seharusnya tetap meluncurkan film tersebut tanpa menghiraukan ancaman yang datang. Sebagian pihak menilai, pembatalan film ini seakan menjadi kemenangan bagi para hacker.

Sebelumnya pada Rabu, seorang pejabat penegak hukum AS menyampaikan kabar tentang serangan hacker yang dilakukan Korut kepada film ini.

Seorang pejabat AS mengatakan bahwa serangan berasal dari luar Korut, namun semuanya dilakukan atas persetujuan para pemimpin Korea Utara.

Meski demikian, Pemerintah AS dikabarkan belum siap mengeluarkan tuduhan resmi terhadap Korut. Oleh karena itu, Direktur FBI James Comey mengatakan serangan itu sangat rumit dan pemerintah AS ingin memastikan terlebih dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan secara resmi tentang siapa pelaku dibalik serangan ini.

Sony sendiri bersama seluruh anak perusahaannya di California dihack menanggapi rilis film tersebut yang menampilkan James Franco dan Seth Rogen sebagai wartawan yang diculik CIA untuk membunuh Kim saat melakukan perjalanan rahasia ke Korut.

Pada Selasa (16/12), hacker yang menyerang Sony menyebut diri mereka sebagai penjaga perdamaian dan mengancam akan melakukan serangan seperti tragedi 9/11 di bioskop yang memutar film itu.

Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki menyampaikan perwakilan Sony telah bertemu dengan Asisten Sekretaris Daniel Russell Biro Urusan Asia Pasifik dan Timur dan pejabat Departemen Luar Negeri lainnya untuk membahas kebijakan AS di Asia.

Psaki mengatakan departemen tidak memiliki informasi yang kredibel untuk mendukung ancaman terhadap bioskop yang menampilkan film.

"Tugasnya tidak hanya untuk menghapus file, tetapi untuk menghancurkan mereka," kata Tom Kellermann, seorang ahli keamanan komputer.

Menurut laporan The New York Times, kecurigaan pemerintah AS bukan tanpa alasan. Hasil penyelidikan FBI, kelompok hacker pelaku serangan yang diketahui bernama Guardians of Peace (GoP) tersebut menggunakan tools dan teknik yang sama dengan yang biasa digunakan oleh hacker asal Korut. Alamat IP yang digunakan GoP juga mengarah pada sebuah server di Bolivia.

Alamat server ini sebelumnya diketahui sempat digunakan oleh kelompok hacker lain untuk menyerang Korut pada 2012.

Namun serangan itu dapat dipatahkan dan servernya kini diperkirakan dikuasai oleh Korut.

Korea Utara telah dicurigai menggunakan serangan hacker terhadap kelompok itu tidak setuju dengan, termasuk media Korea Selatan dan bank. Belum selesai sampai di situ, jenis malware yang digunakan oleh hacker juga persis sama dengan malware yang menyerang bank-bank di Korea Selatan pada 2013 kemarin. Kepala Peneliti Keamanan di Kaspersky Lab, Kurt Baumgartner, juga sudah menjelaskan jenis malware yang digunakan oleh GoP untuk menyerang Sony Pictures.

Baumgartner meneliti sampel malware pada sistem kemanan Sony Pictures, dan ditemukan sebuah malware yang dikenal dengan sebutan 'Trojan Destover'. Jenis malware ini diprogram menggunakan bahasa Korea.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement