REPUBLIKA.CO.ID, TELANGANA -- Korban tewas dalam gelombang panas dengan suhu mendekati 50 derajat celcius yang terjadi di India sejak pekan lalu telah memakan korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Sebagian besar kematian terjadi di negara-negara selatan India, yaitu Telangana dan Andhra Pradesh. Setidaknya 1.118 orang tewas sejak pekan lalu. Diantaranya lebih dari 800 orang tewas di negara bagian paling parah dari Andhra Pradesh.
Laporan lain mengatakan, setidaknya 24 orang telah meninggal akibat panas di Bengal Barat dan Orissa. Diperkirakan suhu cenderung menurun di beberapa bagian selama beberapa hari mendatang. Pemerintah telah menyarankan orang untuk tinggal di dalam rumah masing-masing. Sementara rumah sakit disiagakan untuk mengobati pasien heatstroke.
Komisaris khusus untuk penanggulangan bencana di negara, P Tulsi Rani mengatakan, pemerintah negara bagian telah memberikan pengumuman melalui televisi dan media lain untuk tidak keluar tanpa topi, minum air, dan langkah-langkah lainnya.
‘’LSM Kami juga telah meminta dan organisasi pemerintah untuk membuka minum tendon air sehingga air akan tersedia untuk semua orang di kota-kota,’’ katanya seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (27/5).
Di Telangana, sebanyak 266 orang tewas dalam minggu ini karena suhu mencapai 48 derajat celcius selama akhir pekan. Alfred Innes, seorang warga yang tinggal di ibukota Hyderabad mengatakan, bantuan pemerintah masih sangat kurang.
"Saya secara pribadi telah menyaksikan kematian yang sangat dekat dengan tempat saya tinggal dan itu karena panas yang parah, ini sangat menyedihkan. Pemerintah tidak melakukan banyak, tapi sebagai individu kita mencoba yang terbaik," tambahnya.
Suhu sedikit turun di Telangana pada Selasa kemarin. Diharapkan suhu di Andhra Pradesh juga turun pada akhir pekan ini. Sementara suhu di ibukota India, New Delhi mencapai titik tertinggi selama dua tahun terakhir, yaitu 45,5 derajat celcius, Senin (25/5).
Ikuti Whatsapp Channel Republika
