Rabu 06 Jan 2016 08:00 WIB

MUI Minta Indonesia Ambil Peran Damaikan Konflik Saudi-Iran

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Maruf Amin (kedua kanan) menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Gedung MPR, Jakarta, Selasa (23/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Maruf Amin (kedua kanan) menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Gedung MPR, Jakarta, Selasa (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta pemerintah mengambil peran untuk mendamaikan konflik antara Arab Saudi dengan Iran. Permintaan tersebut disampaikan langsung Dewan Pimpinan Pusat MUI saat menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Selasa (5/1).

Dalam konferensi pers usai pertemuan, Ketua Umum MUI Kiai Ma'ruf Amin menyebut Indonesia memiliki kekuatan untuk mendamaikan kedua negara yang tengah berkonflik tersebut. Terlebih, Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang cukup disegani.

MUI memandang konflik antara Saudi dengan Iran harus segera didamaikan agar tidak menimbulkan perang yang lebih luas. Sebab, kata Ma'ruf, kedua pihak juga memiliki sekutu masing-masing, yakni Iran dengan Iraq, Lebanon dan Suriah. Sementara Arab Saudi dengan negara-negara teluk.

"Beliau (Presiden) menyatakan Indonesia sedang melakukan upaya diplomasi," kata dia, yang didampingi Menteri Agama Lukman Hakim.

Menurut Ma'ruf, dalam pertemuannya dengan Presiden, Jokowi sempat mengungkapkan bahwa Indonesia sempat diajak bergabung untuk masuk dalam satu aliansi. Namun, pemerintah menolak. Indonesia berkomitmen untuk tetap menjadi negara yang netral. Tidak mau terlibat dalam konflik, tapi justru ingin mendamaikan perang yang tengah terjadi.

Kendati begitu, Ma'ruf melanjutkan, Presiden juga menyadari bahwa konflik Saudi dan Iran cukup pelik. Sebab, konflik didasari bukan hanya karena persoalan aqidah, tapi juga ada masalah ekonomi yang erat kaitannya dengan minyak.

Selain itu, menurut Ma'ruf, di balik konflik antara dua negara tersebut juga ada pihak lain, yakni Amerika Serikat dan Rusia. "Ini memang tidak mudah. Tapi Indonesia sedang memainkan perannya, mudah-mudahan berhasil," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement