Jumat 21 Apr 2017 12:10 WIB

AS Siapkan Tuntutan untuk Tangkap Pendiri Wikileaks

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Julian Assange
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Julian Assange

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Otoritas AS tengah menyiapkan tuntutan untuk melakukan penangkapan terhadap pendiri Wikileaks, Julian Assange. Departemen Kehakiman AS telah melakukan investigasi terhadap Assange dan Wikileaks sejak 2010 lalu, ketika situs tersebut mengungkap ribuan dokumen yang dicuri oleh Chelsea Manning, mantan intelijen Angkatan Darat AS.

Selama pemerintahan Presiden Barack Obama, Jaksa Agung Eric Holder dan pejabat di Departemen Kehakiman mengatakan akan sulit mengajukan tuntutan terhadap Assange karena Wikileaks tidak sendirian dalam menerbitkan dokumen yang dicuri oleh Manning. Beberapa surat kabar, termasuk The New York Times, juga melakukannya.

Pandangan AS tentang Wikileaks dan Assange mulai berubah setelah penyidik ​​menemukan apa yang mereka yakini sebagai sebuah bukti baru. WikiLeaks berperan aktif dalam membantu Edward Snowden, seorang mantan analis NSA, untuk mengungkapkan sebuah dokumen rahasia yang cukup besar.

Assange saat ini bersembunyi di Kedutaan Besar Ekuador di London. Ia menghindari surat perintah penangkapan atas tuduhan pemerkosaan di Swedia. Dalam beberapa bulan terakhir, pejabat AS berfokus pada kemungkinan bahwa pemerintahan baru di Ekuador dapat mengusir Assange sehingga dia dapat ditangkap. Namun kandidat presiden sayap kiri Ekuador yang memenangkan pemilu justru berjanji untuk terus melindungi Assange.

Pekan lalu dalam sebuah pidato di Center for Strategic and International Studies di Washington, Direktur CIA Mike Pompeo mengungkapkan peran besar WikiLeaks. Dia mengatakan Wikileaks telah mengarahkan Chelsea Manning untuk mengambil informasi rahasia tertentu dari Amerika Serikat.

"Sudah waktunya untuk memanggil Wikileaks atas: Layanan intelijen non-negara yang sering didukung oleh aktor seperti Rusia," kata Pompeo, dikutip CNN.

Badan intelijen AS juga menemukan bahwa intelijen Rusia telah menggunakan Wikileaks untuk menerbitkan surel Hillary Clinton. Hal itu menunjukkan peran Rusia yang lebih luas untuk mencampuri pemilu presiden AS 2016. Peretas yang bekerja untuk badan intelijen Rusia mencuri ribuan surel dari Komite Nasional Demokrat. Mereka menggunakan perantara untuk menyampaikan dokumen tersebut kepada Wikileaks.

Namun, langkah tersebut dipandang sebagai masalah politik, karena Assange tidak tersentuh selama dia tinggal di Kedutaan Besar Ekuador. Sedangkan Ekuador tidak mengubah pendiriannya untuk mengekstradisi Assange.

Jaksa Agung AS Jeff Sessions mengatakan pada sebuah konferensi pers, Kamis (20/4), bahwa penangkapan Assange telah menjadi prioritas utama. "Ini adalah masalah yang bahkan telah melampaui apa yang saya sadari sendiri. Kami memiliki petugas profesional yang telah berkecimpung dalam dunia keamanan di Amerika Serikat selama bertahun-tahun, yang terkejut dengan banyaknya kebocoran, yang beberapa di antaranya cukup serius. Ini telah menjadi prioritas," kata Sessions.

Pengacara Assange, Barry Pollack, juga memberikan komentar terkait pernyataan Sessions. "Kami tidak melakukan komunikasi dengan Departemen Kehakiman dan mereka tidak menunjukkan kepada saya bahwa mereka telah mengajukan tuntutan terhadap Assange. Tidak ada alasan mengapa Wikileaks diperlakukan berbeda dari situs lain," ungkapnya.

Pollack mengatakan, Wikileaks sama seperti Washington Post dan New York Times, yang secara rutin menerbitkan laporan berdasarkan informasi rahasia. Wikileaks, katanya, menerbitkan informasi yang sesuai dengan kepentingan publik.

"Cukup sederhana, motif kami sama dengan New York Times dan The Washington Post, untuk menerbitkan konten yang layak diberitakan. Konsisten dengan Konstitusi AS, kami menerbitkan materi yang dapat kami konfirmasikan secara benar terlepas dari apakah sumber tersebut didapatkan secara sah dan boleh dibeberkan ke media," tulis Assange dalam sebuah kolom di The Washington Post.

Sementara, Pompeo mengatakan Assange seharusnya tidak diberi hak berbicara bebas secara konstitusional. "Julian Assange tidak memiliki kebebasan Amandemen Pertama, dia duduk di Kedutaan Besar Ekuador di London. Dia bukan warga negara AS," kata Pompeo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement