Senin 04 Sep 2017 07:28 WIB

Sembilan Fakta tentang Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berorasi dalam kampanyenya di Moe Nyin, Kachin, Myanmar, Ahad (4/10).
Foto: EPA/Nyein Chan Naing
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berorasi dalam kampanyenya di Moe Nyin, Kachin, Myanmar, Ahad (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi yang awalnya digadang-gadang akan membawa sentuhan perdamaian terhadap konflik Rohingya, ternyata bertindak sebaliknya. Perempuan yang menerima Nobel Perdamaian pada 1991 itu malah terkesan tutup mata terhadap pengusiran warga Rohingya sehingga militer Myanmar terus menjalankan aksi brutalnya.

Nama Suu Kyi memang begitu populer di Myanmar. Namun, ada beberapa faktor yang membuatnya begitu diagungkan dan mendapat kekuasaan de facto di Myanmar. Berikut sembilan fakta tentang Suu Kyi yang dikutip dari Irish Times dan BBC.

Pertama, Suu Kyi adalah anak dari Jenderal Aung San, yang merupakan seorang pahlawan nasional Burma (nama sebelum menjadi Myanmar). Jenderal Aung San adalah aktor utama di balik pengamanan kemerdekaan Burma dari tangan Inggris pada 1947. Jenderal ini kemudian terbunuh ketika anak perempuannya, Suu Kyi, masih berusia dua tahun.

Kedua, Suu Kyi belajar politik di New Delhi dan filsafat, politik, dan ekonomi di Universitas Oxford, Inggris. Pada 1972, ia menikah dengan akademisi Inggris Michael Aris.

Ketiga, Suu Kyi kembali ke Yangoon, Burma, pada 1988, setelah menempuh pendidikan di Universitas Oxford di Inggris. Dia kembali untuk merawat ibunya yang sakit. Saat kembali, negaranya begitu kacau di mana ribuan orang turun ke jalan karena mereka menginginkan pemerintahan yang terpilih secara adil. Ketimbang mempercayainya kepada orang-orang militer Myanmar. Suu Kyi setuju dengan rakyat sipil dan memilih berada di garda terdepan pemberontakan melawan pemimpin Burma kala itu, yaitu Jenderal Ne Win, dengan serangkaian demonstrasi meminta perdamaian.

Keempat, setelah kembali ke Burma, Suu Kyi masuk ke dunia politik dengan ikut andil dalam pendirian partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan menjabat sekretaris jenderal. Melalui partai ini, NLD menyerukan diakhirinya peraturan militer.

Kelima, Suu Kyi melalui partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), memenangkan pemilihan umum pada 1990. Namun, kemenangan tersebut dibatalkan oleh junta militer. Kemenangan NLD didiskualifikasi rezim junta militer kala itu.

Keenam, sesudah kemenangan NLD pada pemilu 1990 didiskualifikasi oleh junta militer, Suu Kyi dihukum dengan menjadi tahanan rumah selama hampir 20 tahun. Selama itu pula dia tidak diperbolehkan melihat kedua putranya atau suaminya yang berkebangsaan Inggris yang meninggal pada 1999.

Ketujuh, seusai menjadi tahanan rumah sejak 1990, Suu Kyi sempat ingin dibebaskan pada 1995, tapi tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan di luar Yangon demi menemui pendukungnya.

Kedelapan, Suu Kyi dibebaskan pada November 2010. Dua tahun kemudian, 2012, partainya yakni NLD mengikuti pemilihan umum untuk pertama kalinya sejak 1990. NLD mendapatkan 66 persen dari total suara nasional. NLD mendapat 40 kursi dari total 45 kursi parlemen.

Kesembilan, Suu Kyi masuk ke parlemen untuk pertama kalinya pada April 2012 setelah partainya, NLD, memenangkan banyak kursi dalam pemilu 2012, dan dia terpilih sebagai pemimpin oposisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement