Selasa 12 Sep 2017 08:49 WIB

PBB Sebut Myanmar Gunakan Buku Teks Pembersihan Etnik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Bocah Rohingya menyusuri jalan berlumpur menuju pengungsian dengan pakaian seadanya di Teknaf, Bangladesh
Foto: Abir Abdullah/EPA
Bocah Rohingya menyusuri jalan berlumpur menuju pengungsian dengan pakaian seadanya di Teknaf, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI DAW -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut situasi di Myanmar sebagai contoh buku teks pembersihan etnik melihat pengungsi Rohingya yang meninggalkan Myanmar menuju Bangladesh mencapai 300 ribu orang. Pernyataan ini muncul setelah Dalai Lama menyampaikan sebuah surat yang berisi permintaan agar pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi bisa mencarikan solusi damai atas konflik ini.

Pada Senin (11/9), Kepala Bidang HAM PBB Zeid Ra'ad Al-Hussein menyebut Myanmar melakukan penyerangan sistematis terhadap warga Rohingya. Ia juga menduga Myanmar tengah melakukan pembersihan etnik. Karena Myanmar menolak investigasi HAM, PBB belum bisa mengevaluasi kondisi terbaru di sana saat ini.

"Namun, situasi yang berkembang nampaknya merupakan contoh pembersihan etnik,'' kata Al-Hussein seperti dikutip Mail Online, Selasa (12/9).

Petugas khusus HAM PBB di Myanmar menyebut, kekerasan terjadi di sana telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dimana sebagian besarnya merupakan warga etnik Rohingnya. Aung San Suu Kyi, pemenang Nobel perdamaian, tengah menghadapi kritikan keras dari komunitas internasional atas turut campur militer Myanmar dalam konflik Rohingnya sejak 25 Agustus lalu.

Awal pekan ini, Dalai Lama juga akhirnya bersuara dan meminta Aung San Suu Kyi mengambil tindakan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada Dalai Lama membuatnya berpikir banyak orang kesulitan merajut kembali hubungan baik setelah apa yang menimpa Muslim di Myanmar dimana negera ini dikenal sebagai negara Buddha.

''Saya meminta Anda dan para pemimpin negara Anda untuk masuk ke semua lapisan masyarakat dan berusaha memulihkan hubungan di antara mereka dengan semangat perdamaian dan rekonsiliasi,'' tulis Dalai Lama kepada Aung San Suu Kyi.

Selama berabad-abad, minoritas Muslim Rohingya menghadapi persekusi di Myanmar dimana mereka dianggap imigran ilegal di sana. Akibatnya, warga etnik Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan.

Namun, sejak konflik terakhir pecah pada 25 Agustus lalu, ratusan ribu warga etnik Rohingya telah meninggalkan Myanmar menunju perbatasan Bangladesh. Mereka tak bisa bertahan di desa mereka karena pembakaran oleh warga Buddha dan tentara Myanmar terus terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement