Sabtu 17 Feb 2018 19:27 WIB

Dalam Dua Pekan Rusia Bom Tujuh Rumah Sakit di Suriah

Idlib dan daerah sekitarnya berada di bawah kendali kelompok oposisi sejak 2015

Rep: Marniati/ Red: Bilal Ramadhan
Sebuah rumah sakit bersalin di Suriah hancur akibat serangan udara
Foto: BBC
Sebuah rumah sakit bersalin di Suriah hancur akibat serangan udara

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah melaporkan rumah sakit operasi terakhir Idlib terkena serangan udara Rusia. Serangan ini menghancurkan fasilitas medis ketujuh oleh pasukan yang bersekutu dengan rezim Suriah dalam dua pekan terakhir.

Dilansir Middle East Monitor, Jumat (16/2), penyerangan di desa Hass, di provinsi barat laut, diyakini telah membuat rumah sakit tidak beroperasi. Gambar dan video dari lokasi kejadian menunjukkan reruntuhan keseluruhan bangunan, dengan dinding, langit-langit dan peralatan hancur.

Rumah sakit tersebut didanai oleh sebuah LSM Jerman. Rumah sakit ditargetkan setelah pesawat tak berawak mengikuti ambulan dari lokasi pemboman sebelumnya untuk mengetahui lokasinya. Rumah sakit merawat sekitar 4.000 pasien.

Setelah melakukan penyerangan lagi di sebuah rumah sakit di Idlib pekan lalu, Doctors Without Borders (MSF) menyatakan kekhawatiran atas penargetan ulang pusat perawatan kesehatan oleh rezim Presiden Bashar Al-Assad.

"Daerah sipil khususnya fasilitas kesehatan diserang di Suriah utara-barat," kata Kepala misi MSF untuk Suriah utara-baratOmar Ahmed Abenza.

Idlib dan daerah sekitarnya berada di bawah kendali kelompok oposisi sejak 2015, membentuk benteng strategis untuk berbagai faksi. Meskipun zona de-eskalasi yang ditentukan sesuai kesepakatan Astana antara Rusia, Iran dan Turki, wilayah tersebut menghadapi baku tembak dan telah mengalami serangan intensif oleh pasukan rezim dalam beberapa bulan terakhir.

Sebuah laporan PBB yang dirilis pada akhir bulan lalu menemukan bahwa 272.345 orang telah mengungsi antara 15 Desember dan 24 Januari di Idlib. PBB telah berulang kali mengutuk penargetan rumah sakit dan wilayah sipil oleh rezim Suriah, dan pada akhir Januari, menekankan perlunya menghormati status de-eskalasi wilayah setelah penyeranga di kota Saraqib menempatkan sebuah rumah sakit yang melayani 50 ribu orang.

"Hilangnya penyediaan layanan medis ini, termasuk layanan kesehatan bedah dan reproduksi, akan memiliki efek mengejutkan pada masyarakat rentan yang terkena dampak konflik ini," kata Koordinator regional PBB untuk krisis Suriah,Panos Moumtzis.

Pada 2017, ada 112 serangan terverifikasi terhadap fasilitas kesehatan di Suriah, dan setidaknya ada 16 sejauh tahun ini. Sejumlah LSM, termasuk Amnesty International, telah menyatakan bahwa penargetan sistematis rumah sakit oleh Rusia dan rezim Suriah merupakan kejahatan perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement