Senin 19 Feb 2018 22:34 WIB

WHO: Wabah Campak di Eropa Meningkat 400 Persen

Rumania menjadi negara paling banyak penderita campak.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Anak terkena penyakit campak.
Foto: babble.co
Anak terkena penyakit campak.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya peningkatan penyebaran penyakit campak di Eropa. WHO mengatakan, penderita penyakit mematikan tersebut naik 400 persen selama tahun 2017.

Angka itu meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang mencatatkan rekor terendah di Eropa dengan 5273 kasus. Berdasarkan data WHO, lebih dari 21 ribu kasus campak terjadi di Benua Biru hingga menyebabkan 35 kematian bagi penderita.

"Setiap masyarakat baru yang terpapar campak di Eropa mengingatkan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang tidak divaksinasi, di mana mereka tinggal, tetap berisiko terkena penyakit ini," kata Direktur Regional WHO di Eropa Dokter Zsuzsanna Jakab seperti diwartakan Guardian, Senin (19/2).

Jakab menambahkan, penderita yang terpapar tersebut berpotensi untuk menyebarkan penyakit kepada orang lain yang mungkin tidak dapat divaksinasi. Dia mengungkapkan, catatan tahun lalu hingga membuat 35 penderita meninggal merupakan tragedi yang tidak dapat diterima.

Kasus penderita campak tengah melonjak di seluruh Eropa dalam setahun terakhir. WHO mengatakan, wabah tersebut menyerang satu dari empat negara di Eropa lantaran rendahnya tingkat imunisasi terhadap penyakit tersebut.

Campak merupakan penyakit yang dapat merenggut nyawa penderita atau menyebabkan kerusakan tubuh dalam jangka panjang. Satu dari seribu anak yang terpapar penyakit dapat memberikan dampak peradangan atau pembengkakan pada otak. Penyakit tersebut juga bisa menyebabkan kerusakan pada pendengaran atau kesulitan belajar pada anak.

Campak ditargetkan menghilang dari seluruh dunia. Namun pengentasan penyakit tersebut sempat tersendat. WHO mengungkapkan adanya penyebaran wabah besar tahun lalu di 15 dari 53 negara di kawasan Eropa. Rumania menjadi negara dengan paparan terparah dengan 5.562 kasus, diikuti oleh Italia dengan 5.000 dan Ukraina dengan 4.767 kasus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement