Rabu 26 Jul 2017 08:02 WIB

Ini Skenario Penghancuran Masjid Al-Aqsha

Masjid Al Aqsha
Foto: EPA/Jim Hollander
Masjid Al Aqsha

Sejumlah kalangan di Israel menilai pembicaraan soal itu masih dibatasi karena ada anggapan Muslim akan segera melakukan Perang Dunia jika gagasan itu benar-benar terwujud. Sampai saat ini, Haram al-Sharif

masih dikelola oleh Yayasan Wakaf, sebuah lembaga keagamaan di bawah pemerintah Yordania dan Palestina.

Meski demikian, sesekali gagasan tersebut meluncur dari mulut para pejabat tinggi Israel. Salah satunya  Menteri Konstruksi dan Perumahan Israel 2013-2015, Uri Ariel, yang mengatakan sangat ingin Kuil Ketiga tersebut dibangun.

“Masjid al-Aqsha saat ini berdiri di tempat kuil pernah dibangun, padahal kuil itu lebih suci dibanding Masjid al-Aqsha. Masjid al-Aqsha hanyalah masjid suci ketiga umat Islam,” kata Uri Ariel, seperti dikutip Alray Palestinian News Agency, awal Januari 2014 lalu.

Polling Pada Juli 2013, harian terkemuka Israel, Haaretz, melansir berita hasil polling Temple Institute, bahwa sebanyak 30 persen Yahudi-Israel menginginkan Kuil Ketiga dibangun kembali, sebanyak 25 persen mengaku tak terlalu yakin, dan 45 persen menolak.

Tapi, khusus untuk kalangan religious Yahudi, jumlahnya lebih tinggi, yaitu sebanyak 43 persen menghendaki agenda tersebut terwujud. Angka ini lebih tinggi dibanding saat ditanyakan kepada kalangan ultra-orthodox dan ultranasio nalis, masing-masing hanya 20 persen yang setuju.

Sedangkan, untuk kalangan sekuler, hanya 31 persen yang setuju. Bagaimana dengan kalangan Kristen? Survei yang digelar Christianforums.com, mendapati sebagian besar pengunjung situs web tersebut (65,38 persen) menolak pendirian Kuil Ketiga, karena akan mengakibatkan perang besar, yang ongkosnya terlalu mahal ketimbang sebuah kuil.

Sebanyak 17,95 persen menyatakan setuju karena itu terdapat dalam Perjanjian Lama, Kitab Yehezkiel 40:48, dan 6,41 persen setuju pembangunan kuil karena merasa bangsanya akan diberkati jika mereka memberkati orang-orang Yahudi.

Dalam catatan sejarah, di kalangan Yahudi pengikut Nabi Isa --yang menjadi cikal bakal Nasrani-- ada anggapan bahwa kehancuran Yerusalem dan Kuil Kedua di tangan Romawi pada tahun 70, merupakan hukuman Tuhan kepada kaum Yahudi, karena mereka menolak Nabi Isa sebagai messiah.

Kalangan Kristen di Palestina, sejak pendudukan Israel, juga termasuk yang tertindas.  Meski pemerintah Israel tak mau membuka wacana ini, bahkan melarang pejabatnya mengunjungi kompleks Haram al-Sharif, karena khawatir dianggap melakukan provokasi, namun mereka menjalankan agenda tersebut dengan cara yang lain Yaitu, meneruskan penggalian di kompleks Masjid al-Aqsa

Penggalian untuk kepentingan arkeologis di sekitar Kompleks Mas jid al-Aqsha se benarnya telah berlangsung lama. Bahkan, sejak tahun 1870, saat wilayah tersebut masih berada di bawah Khilafah Ustmani, para insinyur dari Kerajaan Inggris telah melakukan penggalian. Tapi, peng galian tersebut kian intensif dilakukan setelah Israel merebut Yerusalem Timur dari tangan bangsa Arab (Yordania) pada 1967.

Kompleks al-Haram al-Sharif terletak di Kota Tua di Yerusalem Timur. Di Kota inilah dulu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman memerintah. Penggalian intensif  sejak 1967 dilakukan di bawah naungan Kemen terian Urusan Agama Israel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement