Selasa 07 Jun 2022 07:19 WIB

Presiden Sri Lanka akan Teruskan Masa Jabatan

Rajapaksa dan keluarganya dituduh sebagai penyebab krisis ekonomi di Sri Lanka.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. Rajapaksa mengatakan akan melanjutkan masa jabatannya sampai habis walaupun desak mundur oleh massa yang menggelar untuk rasa selama berbulan-bulan.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. Rajapaksa mengatakan akan melanjutkan masa jabatannya sampai habis walaupun desak mundur oleh massa yang menggelar untuk rasa selama berbulan-bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengatakan akan melanjutkan masa jabatannya sampai habis walaupun didesak mundur oleh massa yang menggelar untuk rasa selama berbulan-bulan. Tapi ia menegaskan tidak akan kembali maju dalam pemilihan berikutnya.

Saat ini, Sri Lanka sedang mengalami krisis ekonomi terburuk selama puluhan tahun. "Saya sudah diberi mandat selama lima tahun, saya tidak akan maju lagi" kata Rajapaksa pada  Bloomberg di kediamannya di Kolombo, Senin (6/6/2022).

Baca Juga

Pengunjuk rasa antipemerintah menyalahkan Rajapaksa dan keluarganya atas keputusan yang membawa negara itu pada kelangkaan berbagai komoditas pokok. Mulai dari bahan bakar sampai obat-obatan serta inflasi yang mencapai 40 persen.

Ribuan orang berunjuk rasa di depan kediamanan presiden sejak pertengahan Maret lalu. Memaksa Rajapaksa memundurkan barikade sekitar satu kilometer.

Kemerosotan ekonomi menyebabkan gejolak politik dengan mundurnya kakak Rajapaksa, Mahinda dari jabatan perdana menteri. Setelah pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa menjadi mematikan pada bulan Mei lalu.

Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri yang baru Ranil Wickremesinghe sedang mencari 4 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan dari Dana Moneter Internasional dan sejumlah negara termasuk China dan India.

Dalam satu tahun terakhir, rupee Sri Lanka kehilangan sekitar 82 persen nilainya. Pada Senin (5/6/2022) kemarin bank sentral beri tanpa kemungkinan koreksi akan berlanjut.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement