Sabtu 19 Jun 2010 03:55 WIB

Duta AS Serukan Penyelidikan Independen di Kyrgyzstan

REPUBLIKA.CO.ID,YORKISHLOK, UZBEKISTAN--Seorang duta senior Amerika Serikat Jumat menyerukan dilakukannya penyelidikan independen terhadap bentrokan etnis di Kyrgyzstan yang menewaskan hampir 200 orang, dan memaksa puluhan ribu lainnya meninggalkan rumah mereka. "Saya pikir penting adanya penyelidikan ... yang membuat sejumlah besar pengungsi etnis Uzbek tiba di sini di Uzbekistan, yang ceritanya perlu didengar. Penyelidikan Kyrgyz itu perlu dibarengi oleh satu investigasi yang dilakukan badan independen," kara robert Blake, asistem menteri luar negeri AS bidang Asia Tengah dan Selatan, kepada AFP melalui telepon dalam kunjungannya ke Uzbekistan.

Blake berada di wilayah perbatasan Uzbekistan, Andijan, Jumat. Di tempat ini lebih dari 100.000 orang mengungsi setelah terjadi bentrokan antara etnis Kyrgyz dan Uzbeks di Kyrgyzstan selatan. "Pemerintah Uzbekistan telah melakukan tugas berat untuk memenuhi keinginan para pengungsi, yang sebagian besar menginginkan kebutuhan cepat jangka pendek, agar pemerintah Kyrgyzstan segera menghentikan kerusuhan dan menghentikan arus pengungsi," kata Blake menambahkan.

Jumlah korban tewas dalam pertumpahan darah antar-etnis di Kyrgyzstan baru-baru ini diduga mencapai 10 kali lebih tinggi ketimbang angka resmi, kata pemimpin sementara negara itu, Roza Otunbayeva, dalam wawancara Jumat. "Saya perkirakan sepuluh kali lebih besar daripada angka resmi," 191 orang yang tewas, kata Otunbayeva kepada surat kabar Rusia Kommersant.

"Karena terdapat sangat banyak kematian di pinggiran kota, dan adat kami mengharuskan kami mengubur jenazah secepat mungkin, sebelum matahari terbenam." Menurut jumlah korban tewas pemerintah Kyrgyzstan terakhir, sedikitnya 191 orang tewas dan 1.971 lainnya cedera dalam bentrokan antar-etnis terburuk yang melanda negara Asia Tengah yang miskin itu sejak runtuhnya Uni Sovyet. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan, bahwa 400.000 orang tewas dalam aksi kekerasan itu, dan organisasi-organisasi internasional berebut untuk mengirim bantuan.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement