Senin 06 Sep 2010 20:52 WIB

Penarikan Dana Besar-Besaran Terjadi di Bank-Bank di Kabul

Bank Kabul
Foto: DW
Bank Kabul

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL--Isu memburuknya perekonomian terus membayangi Afghanistan. Dalam dua hari ini, terjadi penarikan dana besar-besaran (rush) di sebuah bank terbesar di negara itu. Langkah in i terjadi menyusul pergantian kepemimpinan dan kredit kontroversial kepada individu dari kalangan elit politik. Nasabah-nasabah khawatir dan menarik simpanannya.

 

Di depan sebuah kantor cabang Bank Kabul di Afganistan para nasabah antre berjam-jam agar dapat masuk. Di dalam bangunan ratusan orang berdesakan di depan loket. Keadaan seperti ini belum pernah dialami Bank Kabul.

"Desas-desus menyebar luas bahwa bank ini bangkrut," kata Abdullah, seorang pedagang yang menyimpan 8.000 dolar AS dananya di bank Kabul dan sekarang ingin menutup rekeningnya.

Serbuan terhadap Bank Kabul dimulai pertengahan pekan lalu, setelah Presiden Hamid Karzai memecat dua manejernya dan meminta keduanya agar mengembalikan dana hasil korupsi senilai 160 juta dolar AS yang diyakini dipakai untuk membeli sejumlah rumah mewah di Dunai.

Pengumuman itu berujung pada aksi penarikan uang tunai oleh nasabah secara besar-besaran yang jumlahnya melebihi 200 juta dolar AS. Sekarang dikhawatirkan bahwa cadangan uang bank terbesar di Afganistan itu akan menyusut pada hari-hari mendatang.

Sejak kemarin, para kasir di kantor pusat Bank Kabul tidak lagi memiliki mata uang dolar AS, dan harus membayar dengan Afgani.

Dokter Usman, salah seorang nasabah,  berhasil menarik uangnya dari Bank Kabul beberapa hari lalu. Untuk sementara ini ia tidak ingin menyimpannya di bank mana pun juga. "Orang-orang di Kabul berpikir bahwa bank-bank semuanya korup. Karena itu mereka ingin menutup rekening mereka."

Pemegang saham terbesar di Bank Kabul diduga memiliki jaringan politik yang baik. Saudara laki-laki Presiden Hamid Karsai, Mahmud dan juga seorang keluarga Wapres Mohammed Kasim Fahim termasuk ke dalam lingkaran pemegang saham. Dengan bantuan kredit dari Bank Kabul, Mahmud Karzai membeli sejumlah pertambangan batu bara, sebuah pabrik semen dan satu-satunya cabang Toyota di Afganistan.

Sektor perbankan di negeri tersebut baru seumur jagung. Penduduk Afganistan biasanya melakukan bisnis finansial melalui sistem Hawala yang merupakan sebuah sistem nilai transfer informal dalam sistem perbankan Syariah yang berdasarkan kinerja jaringan pialang uang. Bank Kabul didirikan tahun 2004 dan memiliki sekitar dua juta nasabah di Afganistan yang memiliki total simpanan sebesar 1, 2 milyar dollar di bank tersebut. Bank itu kini diperkirakan akan mengalami kekurangan modal senilai 700 juta dolar AS.

Presiden Karzai dan Menteri Keuangan Omar Sakhilwal menegaskan, pemerintah tidak akan membiarkan Bank Kabul bangkrut. Pemerintah telah mengucurkan 100 juta dollar untuk menjamin pembayaran gaji pegawai negeri, karena pemerintah adalah salah seorang nasabah terbesar dari bank ini. Sekitar 250.000 pegawai negeri, tentara, polisi dibayar melalui rekening mereka di bank untuk mencegah praktik percukaian oleh atasan.

Sementara itu, Bank Sentral Afganistan memohon kucuran dana dari luar negeri untuk menjamin likuiditas Bank Kabul. Tetapi para nasabah masih tetap pesimis dan mengatakan, bila mereka percaya terhadap Bank Kabul, mereka tidak akan berdiri di antrian berjam-jam untuk menarik uangnya.

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement