Selasa 21 Sep 2010 08:26 WIB

Tentara NATO Tewas akibat Kekerasan di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--Satu tentara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tewas dalam memerangi gerilyawan Taliban di Afghanistan selatan pada Senin, kata organisasi pertahanan itu, saat kematian tentara kian mendekati angka tahun lalu. Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO menyatakan tentara itu tewas akibat serangan pemberontak, tapi tidak merinci.

Kematian itu menjadikan 518 jumlah kematian tentara asing sejak awal tahun ini, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka laman mandiri www.icasualties.org. Pada tahun lalu, 521 tentara Barat tewas dalam perang Afghanistan, yang tertinggi sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban.

Hampir 150.000 tentara NATO pimpinan Amerika Serikat bergerak di negara itu untuk mengalahkan Taliban, kelompok keras pengobar perang melawan pemerintah dukungan Barat Presiden Hamid Karzai. Afghanistan pada Sabtu mengadakan pemilihan kedua anggota parlemen sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 menjatuhkan Taliban, di tengah sesekali kekerasan, yang menewaskan sedikit-dikitnya 22 orang, kata NATO.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung. Penarikan NATO dari Afghanistan akan bertahap dan tidak terburu-buru pada Agustus mendatang, kata panglima pasukan asing di sana, Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, pada tengah September.

Saat ditanya tentang tanggal keluar itu, Petraeus mengatakan kepada radio NPR bahwa gagasan tanggal di sana tidak baru, dengan menyebutkan kejadian masa lalu di Irak. Tapi, gagasan Agustus 2011 sebagai waktu penarikan bukan "harga mati", tambahnya.

Tentang gerakan Taliban di Afghanistan utara, Petraeus mengatakan, "Ini upaya, yang telah berlangsung beberapa tahun." Namun, ketika ditanya apakah NATO telah memutuskan tentang itu, Petraus mengatakan bahwa pada masa lalu, mereka tidak memiliki sarana untuk melaksanakan semacam "penumpasan pemberontakan terpadu". "Sekarang, kami dapat secara luas mengatakan bahwa kita memiliki sarana bagus," katanya.

"Ini bukan pertempuran biasa. Kemajuannya lambat. Anda mengambil langkah maju, tapi juga mengambil langkah mundur," kata Petraeus kepada NPR. Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol terbitan pekan kedua September menyatakan bertekad mempertahankan pasukan sekutu di Afghanistan selama dibutuhkan dalam menyelesaikan tugasnya.

"Kekalahan bukan pilihan, kami akan menang. Taliban tidak akan pernah menang dan tidak pula kembali berkuasa. Kami tidak akan mengizinkan Al Qaida berlindung di Afghanistan," kata surat kabar "ABC" mengutip keterangan Rasmussen dalam terjemahan bahasa Spanyol-nya.

Ia menyatakan ISAF membuat kemajuan dan bahwa Alqaida tidak lagi memiliki perlindungan di Afghanistan, kata suratkabar itu. Ia mencatat bahwa Al Qaida dan sekutu Taliban-nya di bawah tekanan, khususnya di kubu mereka di propinsi Helmund dan Kandahar.

Rasmussen juga menekankan bahwa pasukan Barat tidak akan ditarik dari Afghanistan pada 2011, namun secara bertahap mengalihkan tanggung jawab untuk menjaga keamanan kepada pihak Afghanistan jika keadaan memungkinkan. NATO mempertimbangkan pelatihan tentara dan polisi Afghanistan sebagai unsur penting sebelum pasukan asing itu pada ahirnya ditarik.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement