REPUBLIKA.CO.ID, OSLO--Ketidakhadiran aktivis prodemokrasi Cina yang kini dipenjara, Liu Xiaobo, tak mengurangi upacara hikmat penyerahan penghargaan Nobel padanya. Sebuah kursi kosong menandai ketidakhadirannya.
Sekretaris Komite Nobel, Geir Lundestad, mengatakan Liu akan diwakili oleh kursi kosong. "Ini argumen yang paling kuat untuk pemberian (penghargaan) kepadanya," katanya.
China marah saat hadiah bergengsi ini diberikan kepada kritikus sastra 54 tahun itu, yang tengah menjalani hukuman penjara 11 tahun atas tuduhan subversi. Ia menyerukan adanya perubahan demokrasi di Cina, dari sitem politik satu partai.
Beijing menggambarkan penghargaan sebagai serangan pada sistem politik dan hukum dan telah menempatkan pendukung Liu, termasuk istrinya Liu Xia, di bawah tahanan rumah. Ia menghalangi siapapun warganya yang akan pergi untuk menerima hadiah itu.
Pada hari Jumat, aparat berseragam dan berpakaian preman berjaga di pintu masuk ke kompleks tempat Liu Xia menjalani tahanan rumah sejak pengumuman Oktober bahwa suaminya akan menerima hadiah. Cina juga melakukan represi luas pada pembangkang dan memblokir beberapa situs berita menjelang upacara pemberian.
China juga mendesak para diplomat asing untuk menjauh dari upacara Nobel. Cina dan 17 negara lainnya telah menolak untuk hadir, termasuk Rusia, Pakistan, Iran, Venezuela, dan Kuba. Setidaknya 46 dari 65 negara dengan kedutaan besar di Oslo telah menerima undangan. Serbia, yang telah mengatakan akan absen, mengumumkan hari Kamis bahwa mereka akan mengirimkan wakilnya.
Lundestad mengatakan negara-negara memberikan berbagai alasan untuk tidak menghadiri, tetapi ada yang "terlihat jelas dipengaruhi oleh Cina." Cina memperingatkan bahwa menghadiri upacara itu akan dilihat sebagai tanda tidak hormat.