REPUBLIKA.CO.ID, OSLO--Menjelang upacara penyerahan hadiah Nobel di Oslo, makin jelas siapa yang tidak akan hadir. Sekitar 20 negara, antara lain Saudi Arabia, Pakistan dan Filipina tidak hadir karena berbagai alasan. Kedutaan Besar Indonesia di Oslo juga tidak mengirimkan wakilnya dengan alasan Duta Besar tengah berada di Indonesia dan undangan tersebut tidak bisa diwakili oleh orang lain.
Komite Hadiah Nobel mengatakan, sejauh ini, 44 negara menyatakan akan hadir dalam acara penganugerahan hadiah Nobel Perdamaian yang tahun ini dimenangkan oleh Liu Xiaobo, penggiat hak hak asasi manusia asal Cina. Komite Hadiah Nobel menggambarkan Liu Xiaobo sebagai simbol yang paling tepat dalam perjuangan membela hak asasi manusia di Cina. Kemenangan ini membuat pemerintah Cina berang dan mengancam sejumlah negara untuk tidak menghadiri acara tersebut.
Kepala Urusan Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay secara tidak langsung menyerukan pembebasan Liu Xiaobo, hari Rabu (08/12). Dalam pernyataan Pillay sebanyak dua halaman, ia meminta pembebesan terhadap para pembela demokrasi di seluruh dunia yang sekarang tengah menjalani hukuman. Ia merujuk pada para jurnalis dan dosen yang dicap pembangkang dan anggota keluarga mereka yang ikut disiksa, seperti juga Liu Xiaobo.
Navi Pillay menyerukan pernyataan tersebut berkaitan dengan Hari Hak Asasi Manusia yang akan diperingati di Jenewa dan New York, Jumat (10/12), pada saat Liu dianugerahkan hadiah Nobel tanpa kehadirannya. Baru-baru ini Pillay mendapat kritikan tajam bahwa dirinya terlalu menurut pada Beijing dan menolak untuk datang ke upacara pemberian hadiah Nobel. Namun juru bicaranya mengatakan bahwa Navi Pillay tidak diundang oleh komite hadiah nobel.
Navi Pillay, mantan hakim di Afrika Selatan, lantang menyerukan ditegakannya hak asasi manusia di Iran dan Sri Lanka dan banyak mengkritik tajam Rusia; Cina dan Amerika Serikat. Ia bahkan menegur Beijing pada Desember tahun 20099 lalu atas hukuman 11 tahun penjara terhadap Liu Xiaobo.
Sejak beberapa dekade, Liu Xiaobo dikenal sebagai salah satu pengkritik kekuasaan Komunis Cina. Sebelumnya, ia sempat menjalani dua tahun tahanan penjara. Bagi warga Cina yang berperawakan langsing di usia paruh baya ini, dinding penjara bukan barang baru.
Pada saat demonstrasi Tiananmen tahun 2009, Liu Xiaobo berpihak pada para mahasiswa. Dua Tahun tahanan penjara tidak mampu mengintimidasi Liu Xiaobo. Penangkapan berikutnya terjadi antara tahun 1995 dan 1996.