REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO - Presiden Barack Obama bercanda mengenai keberanian Presiden Cina Hu Jintao berkunjung ke kota asal Obama, Chicago, pada Januari. Pasalnya saat ini suhu mencapai kurang dari 17 derajat celcius dan angin kencang pada pekan ini.
Pertanyaannya, mengapa dari semua tempat masih hijau di Amerika Serikat, Hu memilih Chicago yang membeku? Kota itu menjadi satu-satunya kota yang akan ia kunjungi selain Washington, D.C. pada lawatannya ke Amerika Serikat.
Pebisnis lokal dan ahli budaya mengatakan itu merupakan pilihan mudah. Di bawah pemerintahan Walikota Richard M Daley, Chicago melakukan usaha berkelanjutan untuk menarik wisatawan dan usahawan Cina, sekaligus memromosikan bisnis Chicago di Cina.
Chicago juga pusat pendidikan dengan sekolah favorit, seperti, Universitas Chicago, yang menarik bagi pelajar Cina. Kota tersebut juga memiliki dua pecinan dan 12.000 pelajar di sekolah negeri belajar bahasa Cina.
"Chicago merupakan kota dengan perekonomian paling beragam di negara ini, apa pun yang ingin Anda peroleh di Amerika Serikat, Anda akan menemukannya di kawasan metropolitan Chicago," kata ketua World Business Chicago, badan pembangunan ekonomi kota itu, Rita Athas.
Chicago juga memiliki hubungan "kota kembar" dengan Shanghai dan Shenyang sejak 1985. Walikota Daley sering berkunjung ke Cina, terakhir saat Shanghai World Expo pada September tahun lalu.
Kunjungan Hu termasuk mengunjungi Sekolah Menengah Atas Persiapan Walter Payton, sekolah negeri dan tempat pertama bagi Institut Konfusius, yang mengadakan program budaya bagi sekolah dasar atau menengah tinggi di Amerika Serikat.
Keunggulan Chicago sebagai kota usaha termasuk tempatnya, yang berada di tengah, mudah dicapai dari kawasan timur atau barat dan tersedia banyak penerbangan langsung dari dan ke Cina.
"Sistem di Cina makin memahami bahwa bukan hanya penduduk di pantai timur dan barat, namun juga warga di tengah negara punya arti penting," kata Dali Yang, mahaguru ilmu politik di Universitas Chicago sekaligus kepala Institut Konfusius.
Lebih dari 300 kawasan usaha Chicago hadir di Cina, kata Athas. Sementera Cina adalah pasar besar bagi produk pangan dari kawasan barat-tengah, otomotif, besi, perlengkapan penerbangan dan farmasi.
Cina juga memiliki ketertarikan mendalam atas budaya Chicago, kata kepala Pusat Seni dan Media Asia di Columbia College di Chicago, Nancy Tom. Ia menyelenggarakan pagelaran "hip hop" bertajuk "Chicago Days" di Shanghai World Expo, yang menghimpun massa paling besar dari pertunjukkan langsung apa pun di anjungan Amerika Serikat.
Karena kunjungan Hu, telepon Tom berdering hampir tanpa henti untuk menanyakan hiburan dan seni Chicago. "Ini merupakan peluang usaha juga," kata Yang.
Selain "hip hop", apa yang terlintas di benak orang Cina saat mereka berpikir tentang Chicago? Pesawat Boeing? Kacang kedelai? Yang memiliki jawabannya. "Michael Jordan."