Ahad 06 Mar 2011 09:22 WIB

Demonstran Libya Bentuk Komite Krisis

Seorang demonstran Libya membawa senjata, meneriakkan slogan-slogan antipemerintah dan anti-Gaddafi
Foto: AP PHOTO
Seorang demonstran Libya membawa senjata, meneriakkan slogan-slogan antipemerintah dan anti-Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID,BENGHAZI - Dewan Nasional Libya, yang bermarkas di bagian timur Libya dan dikuasai demonstran pemberontak, membentuk Komite Krisis dengan tiga anggota untuk mengurusi masalah militer dan luar negeri.

Dewan itu juga mengatakan mereka akan menjaga pemberontakan terhadap pemerintahan Muammar Gaddafi. Tapi, Dewan Nasional Libya menegaskan bahwa mereka bukan pemerintah sementara. Mereka juga ingin memindahkan markas dari kota Benghazi di Libya timur ke Tripoli yang kini masih dikuasai pasukan Gaddafi.

Dewan tersebut mengulangi permintaanya pada serangan udara asing untuk membantu mengeluarkan pria yang telah berkuasa selama 41 tahun dan telah menggunakan pesawat perang dan helikopter terhadap pasukan pemberontak. Mereka menuduh Gaddafi menyewa tentara sewaan Afrika untuk membantunya.

Guru besar ilmu politik Fathi Baja, anggota pemberontak Koalisi 17 Februari yang bermarkas di Benghazi, menjelaskan,"komite itu akan membesarkan harapan orang karena mereka memilih sejumlah nama yang sangat kuat. Mereka juga mencerminkan keseimbangan karena berasal dari tempat dan suku yang berbeda-beda."

Dewan telah menunjuk Omar Hariri, salah satu perwira yang mengambil bagian dalam kudeta 1969 pimpinan Gaddafi tapi kemudian dipenjarakan, sebagai pemimpin militer. Ali Essawi, bekas duta besar untuk India yang mengundurkan diri bulan lalu, akan memimpin urusan luar negeri. Mahmoud Jibril, yang terlibat dalam proyek yang disebut "Visi Libya" dengan sejumlah intelektual lainnya sebelum pemberontakan untuk membentuk negara demokratis, akan memimpin Komite Krisis.

Anggota baru lainnya termasuk pembangkang Ahmed Zoubeir yang pada masa pemerintahan Gaddafi telah menghabiskan waktu lebih lama di penjara dari masa tahanan pemimpin Afrika Nelson Mandela yang 28 tahun. Lainnya adalah Selwa Adrilli, Fathi Terbil dan Fathi Baja. Anggota lainya akan diumumkan pada tanggal kemudian.

Pemimpin Dewan Nasional Libya, bekas menteri kehakiman Mustafa Abdel Jalil, mengatakan badan itu tidak menginginkan tentara asing di daratan Libya dan memiliki pasukan cukup untuk membebaskan negara itu.

"Ada perasaan di jalanan bahwa jika Gaddafi dapat mengerahkan orang asing untuk berperang bagi mereka, lalu mengapa kami tidak bisa?," katanya. "Rakyat kami memiliki jumlah itu dan ketetapan untuk membebaskan selurun Libya. Tapi, kami minta serangan udara untuk membantu kami melakukan ini dalam waktu secepat mungkin."

Ia juga mengatakan kawula muda, sebagian besar gerilyawan sipil dalam pasukan pemberontak, akan digantikan oleh pasukan perang yang lebih profesional. Ia tidak mengatakan kapan.

sumber : Antara/Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement