REPUBLIKA.CO.ID,Upaya mencegah bencana nuklir di Jepang memasuki fase penentuan. Harapan kini bergantung pada 50 teknisi yang bertahan di PLTN Fukushima. Helikopter yang ditugaskan menyiramkan air pendingin kini telah ditarik kembali.
Bagi sebagian besar penduduk Jepang bencana nuklir yang mengancam kini semakin mendekati kenyataan. Kebanyakan kecewa terhadap reaksi pemerintah pusat. Semakin banyak politikus regional yang menghujani pejabat di Tokyo dengan kritik tajam. Mereka menuntut informasi rinci seputar situasi di PLTN Fukushima Daiichi. Gubernur Fukushima, Yuhei Sato, dengan cukup gamblang menyebut penduduknya sedang menghadapi "bencana nuklir" berkepanjangan.
Kemarahan Sato cukup beralasan. Kamp pengungsian yang penuh sesak, pasokan bahan pangan yang semakin langka dan ketidakjelasan manajemen krisis oleh pemerintah Jepang semakin menambah derita pengungsi. Yato mengimbau penduduk di selatan agar membantu dan menampung para pengungsi dari Fukushima. Nasib mereka kini banyak bergantung pada sumbangan.
Sementara itu situasi di PLTN Fukushima Daiichi disinyalir semakin tidak terkendali. 750 pegawai kini telah dievakuasi, ke-50 teknisi yang bertahan terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendinginkan batang-batang nuklir supaya dapat mencegah kebocoran.
Pemadaman Melalui Helikopter Dibatalkan
Hari Rabu sore, perusahaan pengelola TEPCO melaporkan, suhu air di wadah reaktor nomor lima dan enam telah meningkat dua kali lebih panas ketimbang suhu normal. Badan Regulasi Atom Amerika Serikat NRC bahkan menyebut air telah sepenuhnya menguap di wadah reaktor nomor empat. Tingkat radioaktif diduga sangat tinggi. TEPCO sebelumnya berencana akan membuka jalan menuju reaktor nomer tiga dan empat untuk memudahkan akses mobil pemadam kebakaran.
Rabu siang Menteri Pertahanan Jepang, Toshimi Kitazawa di televisi nasional sempat menyatakan, “kita akan mengupayakan segalanya untuk memperbaiki situasi. Kami akan mencoba menyiramkan air dengan menggunakan helikopter."
Namun upaya tersebut tidak berlangsung lama, karena risiko kesehatan bagi para pilot dinilai terlalu besar. Sejauh ini pemerintah Jepang telah mengevakuasi 200.000 penduduk yang tinggal dalam radius 20 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi. Hari Rabu sekitar 28.000 penduduk juga diimbau untuk mengungsi ke wilayah yang lebih aman.
Jumlah Korban Belum Jelas
“Semua berita dari kawasan bencana sangat menyakitkan. Kita harus siaga terhadap situasi di PLTN Fukushima. Saya harap, segala upaya mereka yang bekerja disana dapat mencegah situasinya bertambah buruk," kata Kaisar Jepang Akihito di televisi.
Gempa bumi berkekuatan 9,0 pada skala richter disusul gelombang Tsunami Jumat lalu menyisakan 1,6 juta penduduk yang harus hidup tanpa aliran listrik dan air bersih. 850.000 keluarga di utara bahkan harus menghadapi musim dingin tanpa pemanas. Sekitar 440.000 penduduk hidup di kamp-kamp pengungsian.
Kota Minamisanriko di Miyagi yang hingga pekan lalu masih menjadi kampung halaman bagi 17.000 penduduk, kini rata dengan tanah. Separuh penduduk kota itu masih dinyatakan hilang. Hanya sebuah kuil saja yang masih berdiri tegak di antara reruntuhan kota. Di kuil tersebut para biksu berbagi makanan dengan sekitar 30 pengungsi.
“Para biksu di sini berbagi banyak hal dengan kami. Kuil ini sekarang menjadi semcam kamp pengungsian. Mereka memberi kami makan dan segala sesuatu yang kami butuhkan," tutur seorang ibu. Bencana yang terjadi Jumat pekan lalu merupakan yang terbesar dalam sejarah Jepang.