Rabu 23 Mar 2011 13:47 WIB

Ancam Hukum PMK yang Tolak bertugas di Fukushima, Menteri Minta Maaf

Banri Kaieda
Foto: JAPAN TIMES
Banri Kaieda

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Banri Kaieda, meminta maaf, Selasa (22/3), menyusul laporan bahwa ia mengancam menghukum para petugas pemadam kebakaran, jika mereka tidak melakukan operasi penyemprotan air ke bangunan reaktor no.3 dia PLTN Fukushima No 1.

Kaieda seperti menghindari untuk mengakui apakah ia benar-benar melontarkan ancamam tersebut. Namun dalam jumpa pers, ia berkata seperti yang dikutip Japan Times, Rabu (23/3), "Jika ucapan saya terdengar menyerang para petugas PMK, saya sungguh meminta maaf karena itu."

Sikap itu keluar setelah Gubernur Tokyo, Shintaro Ishihara meluncurkan protes, Senin (21/3) kepada Perdana Menteri, Naoto Kan, atas paksaan yang diterima Departemen PMK Tokyo agar mengirimkan anggotanya ke PLTN Fukushima dalam misi penyemprotan berjam-jam. Dalam protesnya Gubernur juga menyebut-nyebut perihal 'sanksi' bila mereka menolak tugas.

Menurut Ishihara, Kan meminta maaf, Ishihara mengatakan ia tidak tahu siapa sesungguhnya yang membuat ancaman tersebut. Namun sumber-sumber dekat di kalangan pemerintah metropolitan Tokyo menyebut, itu adalah Kaieda sendiri.

Ishihara, juga berkata bahwa peralatan mulai rusak akibat misi terus menerus, yakni menyemprot air ke arah bangunan reaktor no 3 selama 13 jam nonstop.

Kaieda kini bertugas sebagai kepala deputi satuan tugas bencana nuklir, gabungan antara pemerintah dan TEPCO. Unit itu dikepalai langsung oleh PM Jepang, Kan. Kaieda mengatakan seorang staf perantara akan memediasi komunikasi antara dirinya dengan para petugas PMK.

Misi dalam area terkontaminasi tinggi radiokatif dianggap sangat penting untuk mendinginkan sebuah kolam dalam bangunan reaktor nuklir nomor 3 yang menyimpan batang uranium. Bila gagal didinginkan dan air mencapai titik didih, maka pembungkus batang uranium meleleh lalu terciptalah bencana sekelas Chernobyl.

Kolam memang terletak di dalam bangunan, namun air dapat ditembakkan dari luar karena bangunan tersebut rusak akibat ledakan hidrogen. Bila bahan bakar batang uranium tadi tidak terendam air sepenuhnya, yang kini telah mengeluarkan panas tinggi, dapat berisiko melepaskan radioaktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement