Jumat 30 Jun 2017 19:14 WIB

Remaja Australia Semakin Banyak Menonton Pornografi

Rep: Sophie Scott dan Rebecca Armitage/ Red:
Situs Porno (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Situs Porno (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Hasil penelitian mengungkapkan, remaja Australia semakin banyak melihat pornografi dan melakukannya pada usia yang lebih muda dari sebelumnya.

Peneliti dari Burnet Institute Dr Megan Lim yang mengerjakan riset ini mengaku terkejut dengan betapa biasa pornografi dilihat oleh orang Australia berusia 15-29 tahun. "Semua laki-laki muda pada riset kami mengatakan mereka sudah melihat pornografi, begitu juga mayoritas perempuan," kata Dr Lim baru-baru ini.

"Mereka juga dilaporkan melihat pornografi dalam frekuensi yang cukup tinggi."

Riset atas 941 orang orang muda menemukan usia umumnya pada laki-laki melihat pornografi pertama kali adalah 13 tahun, dan 16 tahun pada perempuan. "Sekitar 80 persen laki-laki muda mengatakan mereka menonton tiap pekan, dan diantara perempuan yang menonton pornografi hampir dua pertiga melihat setidaknya setiap bulan," kata Dr Lim.

Peneliti mengidentifikasi hubungan antara penggunaan pornografi, masalah kesehatan mental dan menjadi aktif secara seksual pada usia muda.

"Kami tidak datang untuk membuktikan menonton pornografi adalah hal buruk. Tapi jelas menonton pornografi lebih sering terkait dengan sejumlah akibat negatif seperti kesehatan mental buruk, meski kami lewat penelitian ini tidak bisa mengatakan yang satu mengakibatkan hal lain," kata Dr Lim.

Mereka juga menemukan kaum muda yang teridentifikasi sebagai lesbian, gay, biseksual, transgender, intersex, dan queer menonton pornografi lebih sering sejak usia muda.

Dr Lim mengatakan temuan ini punya berimplikasi penting untuk mengembangkan pendidikan seksual yang relevan. "Tidak jelas pengaruh macam apa yang mungkin pada perkembangan seksual [orang muda], dengan angka penggunaan pornografi yang tinggi itu perlu disadari untuk mengajari orang tentang seks di tengah dunia yang sedang berubah," kata Dr Lim.

Dia mengatakan pendidikan seks yang sesuai diperlukan untuk diterapkan di sekolah menengah atas, atau lebih dini. "Saya tida menyarankan sekolah menyediakan rincian tentang bagaimana melakukan seks anal, tapi mereka perlu mengetahui itu terjadi di dunia nyata seperti yang terjadi pada pornografi dan mendiskusikan perbedaan bagaimana itu digambarkan di pornografi yang berkebalikan dengan bagaimana itu dipraktikkan di dunia nyata," kata dia.

"Pornografi dirancang untuk hiburan dan itu adalah pertunjukan. Itu tidak mencerminkan apa yang orang perlu lakukan di dunia nyata."

Temuan:

  • Pengguna rutin pornografi cenderung laki-laki dan berpendidikan baik
  • Usia rata-rata terpapar pornografi pertama kali menurun
  • Usia rata-rata pertama kali menonton adalah 13 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan
  • Intervensi seperti verifikasi usia dan perangkat lunak penyaringan internet cenderung tidak efektif mencegah akses anak muda yang termotivasi pada pornografi
  • Ada korelasi antara penggunaan pornografi dan kesehatan mental yang buruk

Peneliti juga menemukan orang muda yang tidak teridentifikasi heteroseksual sering merasa tidak terlibat dalam pendidikan seks di sekolah, yang sering terfokus pada prilaku heteroseksual.

"Hipotesa kami remaja ini luput dari pendidikan seks tradisional dan bahkan di media," kata Dr Lim.

"Sangat sedikit informasi di luar sana tentang kelompok berbeda.

"Jadi anak muda mungkin mencari informasi lebih jauh tentang hal yang mereka ingin tahu, dan satu-satunya cara yang mereka bisa akses adalah melalui pornografi."

Penelitian berdasarkan survey daring atas 941 partisipan yang direkrut dari media sosial pada tahun 2015 ini dipublikasikan di Australian and New Zealand Journal of Public Health.

Diterjemahkan pada 30 Juni 2017 oleh Alfred Ginting dari berita ABC News.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement