Senin 09 Jul 2018 18:54 WIB

Ethiopia Akhiri Perang Dingin dengan Eritrea

Ethiopia dan Eritrea menandatangani deklarasi perdamaian.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Konflik Ethiopia dan Eritrea
Foto: Tigrai Online
Konflik Ethiopia dan Eritrea

REPUBLIKA.CO.ID, ASMARA -- Para pemimpin Ethiopia dan Eritrea menandatangani "deklarasi perdamaian dan persahabatan", sehari setelah pertemuan puncak kedua pemimpin negara itu.

"Perjanjian, yang menetapkan lima pilar, ditandatangani pagi ini di State House oleh Presiden Isaias Afwerki dan Perdana Menteri Abiy Ahmed," kata Menteri Informasi Eritrea, Yemane Gebremeskel  di Twitter pada Senin (9/7). Ia juga mengunggah foto kedua pemimpin itu dengan bendera negara mereka.

Bagian pertama dari lima pilar yaitu menyatakan bahwa perang yang ada di antara kedua negara telah berakhir. Bagian lainnya menyatakan era baru perdamaian dan persahabatan telah terjadi.  Kedua negara  akan bekerja untuk mempromosikan kerja sama yang erat di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan.

Selain itu, hubungan transportasi, perdagangan dan telekomunikasi akan dilanjutkan dan hubungan diplomatik akan diperbarui. Keputusan tentang perbatasan yang dibuat sebelumnya akan dilaksanakan. Kedua negara juga akan bekerja sama untuk menjamin perdamaian, pembangunan, dan kerja sama regional.

Pada Ahad (8/7), pertemuan antara para pemimpin kedua negara di Asmara mengakhiri dekade perselisihan diplomatik dan bersenjata. "Kami sepakat bahwa maskapai penerbangan akan mulai beroperasi, pelabuhan akan dapat diakses, orang dapat berpindah antara kedua negara dan kedutaan akan dibuka. Kami akan menghancurkan tembok itu dan, dengan cinta, membangun jembatan antara kedua negara," kata Abiy pada jamuan makan malam.

Perjanjian damai tersebut akan mengakhiri perang dingin yang telah berlangsung bertahun-tahun dan telah melukai kedua negara. Negara-negara Tanduk Afrika tetap berselisih karena Ethiopia menolak keputusan PBB. Ethiopia menolak menyerahkan tanah Eritrea di sepanjang perbatasan negara setelah perang 1998-2000 yang menewaskan 80 ribu orang.

Pada Ahad, Abiy melangkah keluar dari pesawat Ethiopian Airlines di bandara Asmara. Ia disambut oleh Yesaya. Kedua pemimpin itu berpelukan sebelum mereka menuruni karpet merah.

Di jalanan, warga bersorak-sorai menyaksikan konvoi para pemimpin. Mereka melambaikan bendera Ethiopia dan Eritrea dan menyebarkan bunga serta popcorn dalam tradisi khas Eritrea.

"Pertemuan itu tampaknya telah mencapai tujuan yang disebut-sebut untuk merebut kesempatan yang secara pasti memajukan perdamaian demi kebaikan rakyat kita," ujar Kepala staf Abiy, Fitsum Arega.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement