Sabtu 31 Mar 2018 18:12 WIB

Malala Yousafzai Pulang ke Pakistan

Belum dapat dipastikan apakah Yousafzai dapat benar-benar mengunjungi Lembah Swat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Budi Raharjo
Malala Yousafzai
Foto: ABC News
Malala Yousafzai

REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Malala Yousafzai, peraih nobel perdamaian termuda asal Pakistan, tengah bersuka cita. Ia akhirnya dapat kembali ke negaranya setelah menyelesaikan studinya di bidang Politik, Filsafat, dan Ekonomi di Universitas Oxford, Inggris.

Yousafzai dilaporkan telah tiba di Pakistan sejak Kamis (29/3). Ini merupakan perjalanan pulang pertamanya sejak dia ditembak Taliban, kemudian dirujuk ke Inggris guna mendapatkan perawatan.

"Saya rindu segala sesuatu tentang Pakistan, dari sungai, gunung, bahkan jalanan kumuh di sekitar rumah kami. Dan teman-temanku, bagaimana dulu kami bergosip, bagaimana kami dulu bertengkar dengan tetangga kami," kata Yousafzai ketika diwawancara pada Jumat (30/3).

Yousafzai memang berencana mengunjungi kampung halamannya di Lembah Swat pada Sabtu (31/3). Tempat ini memiliki kenangan indah sekaligus buruk untuknya. Selain menjadi tempatnya tumbuh dan berkembang, di sana pula dia ditembak di kepala oleh anggota Taliban pada 2012 akibat lantang menyuarakan pendidikan untuk kaum perempuan.

Taliban, yang kala itu menguasai Lembah Swat melarang konsep pendidikan untuk perempuan. "Saya tidak pernah begitu bersemangat untuk apa pun. Saya belum pernah sebahagia ini sebelumnya," kata Yousafzai.

Kendati demikian, belum dapat dipastikan apakah Yousafzai dapat benar-benar mengunjungi Lembah Swat. Hal ini karena kekhawatiran tentang akan adanya ancaman terhadap keselamatannya. Pemerintah dan militer Pakistan sendiri telah menyediakan pengamanan bagi Yousafzai.

Sebelum kembali ke negaranya, Yousafzai memang telah mengumumkan niatnya untuk pulang dan tinggal lagi secara permanen di Pakistan. "Rencana saya adalah kembali ke Pakistan karena ini adalah negara saya. Saya akan kembali ke Pakistan secara permanen setelah menyelesaikan pendidikan saya," ungkapnya, dikutip laman the Telegraph.

Kepada media massa, Yousafzai mengungkapkan kerinduannya yang mendalam terhadap negara dan kampung halamannya. Ia bahkan menyatakan bahwa dirinya telah kehilangan segalanya tentang Pakistan selama menimba ilmu di Inggris.

Saat ini Yousafzai telah berusia 20 tahun. Perjalanan hidupnya hingga akhirnya dinobatkan menjadi peraih nobel perdamaian pada 2014 dipenuhi gejolak.

Hal ini bermula ketika Taliban menguasai kampung halamannya Lembah Swat pada 2007. Kala itu Yousafzai baru berusia 9 tahun. Taliban menerapkan penafsiran yang kaku atas ajaran dan hukum Islam.

Mereka melarang warga Lembah Swat mengakses televisi atau mendengarkan musik. Pendidikan untuk anak-anak perempuan pun dilarang. Taliban bahkan membakar 200 sekolah di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement