Selasa 16 Oct 2018 21:53 WIB

Korut, Korsel dan PBB Bahas Demiliterisasi Perbatasan

Demiliterisasi berupa penarikan senjata dan pengurangan personil di perbatasan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kapal feri Korea Utara (Korut) Mangyongbong 92 yang membawa 140 musisi orkestra mendekat di pelabuhan di Donghae, Korea Selatan (Korsel), Selasa (6/2).
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Kapal feri Korea Utara (Korut) Mangyongbong 92 yang membawa 140 musisi orkestra mendekat di pelabuhan di Donghae, Korea Selatan (Korsel), Selasa (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara dan Korea Selatan menggelar pembicaraan tiga-arah pertama dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) pada Selasa (16/10) untuk membahas cara-cara untuk mendemilitarisasi perbatasan karena para negara tetangga mendorong perdamaian.

Kementerian pertahanan Seoul mengatakan, kedua belah pihak sepakat pekan ini untuk mulai menghubungkan kembali hubungan kereta api dan jalan. Hal ini terlepas dari kekhawatiran AS bahwa hubungan yang membaik dengan cepat dapat merusak upaya untuk menekan Korea Utara agar menyerahkan senjata nuklirnya.

Pertemuan hari Selasa itu menyusul persetujuan mereka pada pertemuan puncak di Pyongyang bulan lalu untuk mengadakan pembicaraan dengan UNC, yang tumpang tindih dengan pasukan AS di Selatan dan mengawasi urusan di Zona Demiliterisasi (DMZ). Hal ini untuk memuluskan jalan untuk melucuti senjata salah satu benteng perbatasan paling berat di dunia.

Pertemuan itu berlangsung selama sekitar dua jam di desa perbatasan Panmunjom, dan dipimpin oleh para pejabat militer dari pangkat kolonel dari masing-masing pihak, termasuk Burke Hamilton, sekretaris Komisi Gencatan Senjata Militer UNC.

"Mereka membahas isu-isu praktis mengenai langkah-langkah demiliterisasi yang akan dilakukan di masa depan," katanya dalam sebuah pernyataan setelah pembicaraan. 

Langkah-langkah itu berkisar dari penarikan senjata api dan pos penjaga untuk mengurangi personil dan menyesuaikan peralatan pengawasan, kata kementerian, seraya menambahkan bahwa saluran tiga arah akan digunakan untuk diskusi lebih lanjut.

Korea Utara dan Selatan yang kaya dan demokratis secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, daripada perjanjian damai. Sebagai langkah awal menuju pakta bulan lalu, para tetangga berusaha untuk mengeluarkan 11 pos jaga dalam radius 1 km (0,6 mil) dari Garis Demarkasi Militer pada akhir tahun. 

Mereka mulai melakukan ranjau di beberapa wilayah kecil bulan ini dan akan membangun jalan untuk proyek percontohan yang ditetapkan untuk April untuk menggali jenazah tentara yang hilang dari Perang Korea.

Kedua pihak juga akan menarik semua senjata api dari Area Keamanan Bersama (JSA) di Panmunjom, mengurangi hingga 35 masing-masing jumlah personil yang ditempatkan di sana, sesuai dengan pakta gencatan senjata, dan berbagi informasi tentang peralatan pengawasan. Wisatawan akan diizinkan untuk mengakses JSA secara bebas. 

"Langkah-langkah yang ditujukan untuk diadopsi dalam waktu satu bulan, akan mengubah perbatasan menjadi tempat perdamaian dan rekonsiliasi," kata kementerian itu. 

"Sebagian besar operasi akan benar-benar dilaksanakan oleh kedua Korea, tetapi memastikan dukungan UNC penting, karena memiliki elemen AS dan juga mengelola Komisi Gencatan Senjata Militer," kata sumber militer Korea Selatan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement