Senin 22 Oct 2018 16:24 WIB

Trump Cabut Pakta Nuklir Rusia, Cina: Salah Besar

Perjanjian ini ditandatangani pada masa Perang Dingin.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Misil nuklir Rusia
Misil nuklir Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina menilai langkah Amerika Serikat (AS) yang secara sepihak menarik diri keluar dari perjanjian nuklir dengan Rusia merupakan suatu kesalahan besar. Perjanjian itu telah ditandatangani pada Perang Dingin.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, Cina menentang penarikan tersebut. "Ini merupakan kesalahan," ujarnya, Senin (22/10).

Sebelumnya, pada Ahad (21/10) Presiden AS Donald Trump mengatakan, akan menarik diri dari Traktat Pasukan Nuklir Tingkat Menengah yang dinegosiasikan oleh Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987. Sebab, Trump menuduh Rusia tidak mematuhi perjanjian tersebut.

Perjanjian pakta tersebut bernama Intermediate Range Nuclear Forces (INF) yang ditujukan untuk penghapusan nuklir dan rudal konvensional jarak pendek dan jarak menengah kedua negara.

Perjanjian ini pun sudah bertahan selama dua dekade. Kesepakatan tersebut bermula dari kekhawatiran akan misi nuklir Uni Soviet, s-20. Misil balistik jarak menengah ini mampu menargetkan negara-negara Barat.

"Sayangnya Rusia tidak menghormati perjanjian itu, jadi kami memutuskan akan keluar dan menarik diri dari perjanjian tersbeut, kata Trump, kemarin. Washington meyakini Moskow tengah mengembangkan sistem peluncuran dari darat.

Baca juga, Rusia Abaikan Peringatan Donald Trump.

Hal itu dinilai melanggar perjanjian INF. Pengembangan itu memungkinkan Moskow melontarkan serangan ke Eropa dalam waktu singkat.

Pihak Rusai berkali-kali membantah tuduhan AS. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, langkah Trump itu akan mengundang kritik dari komunitas global.

Menurutnya, keputusan Trump keluar dari perjanjian sangat berbahaya. "Ini akan menimbulkan kecaman serius dari semua anggota komunitas dunia yang berkomitmen kepada stabilitas keamanan dan pengendalian senjata, ujarnya seperti dikutip dari Tass.

Rusia pun berharap penasihat keamanan nasional AS John Bolton akan mengklarifikasi rencana AS terhadap perjanjian INF. Bolton berkunjungng ke Moskow pada Ahad kemarin. " Kami berharap dapat mendengar lebih ronci banyak penjelasan selama dia di Rusia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement