Kamis 13 Sep 2012 23:08 WIB

Ternyata JFK tak Minat Soal Luar Angkasa

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hafidz Muftisany
John F Kennedy
John F Kennedy

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Sebelum AS menggeliatkan program luar angkasanya, mendiang Presiden AS John F Kennedy awalnya ragu apakah program tersebut perlu dijalankan.

JFK sendiri terang-terangan tidak menaruh minat dengan luar angkasa.Hal itu baru terungkap ketika korespondensi antara JFK dan Wakil Presiden Lyndon Johnson pada tahun 1961 dipublikasikan. Disebutkan pendirian JFK baru berubah ketika Uni Soviet mengalami kemajuan pesat dalam pengembangan teknologi luar angkasa.

Koresponden Majalah Life White House, Hugh Sidey mengakui program luar angkasa AS pada masa Kennedy begitu terbelakang. Itu terjadi, karena pengaruh dari minat presiden JFK sendiri. "JFK lebih memprioritaskan hal lain," papar dia, seperti dikutip dailymail.co.uk, Kamis (13/9).

Korespondensi itu juga mencatat JFK menganggap lelucon ide profesor MIT, Charles Draper soal roket yang mampu membawa manusia ke bulan. Namun, semuanya berubah ketika Uni Soviet mengirimkan manusia pertama ke luar angkasa pada tahun 1961.

Presiden melihat luar angkasa memainkan peranan penting bagi politik luar negeri AS."Apakah kita memiliki kesempatan untuk mengalahkan Soviet dengan menempatkan laboratorium dalam ruang, atau dengan perjalanan sekitar bulan, atau roket yang mampu mendarat di bulan, atau roket mendarat ke bulan lalu kembali dengan seorang pria?," kata JFK dalam suratnya kepada Johnson.

Tak lama setelah itu, pada 25 Mei, JFK mengumumkan rencana pendaratan manusia di Bulan dalam pidatonya di Kongres. "Pertama, saya percaya bahwa bangsa ini harus berkomitmen dalam mencapai tujuan, sebelum dekade ini berakhir, harus ada keberhasilan membawa manusia ke bulan, dan kembali selamat ketika mendarat di bumi," kata dia.

Empat bulan kemudian, dalam pidato di Rice University, JFK mengatakan pertanyaan apakah AS akan  terus mengeksplorasi luar angkasa, jawabannya itu merupakan satu petualangan besar sepanjang masa, maka tidak ada bangsa yang akan memimpin negara lain namun berada dibelakang dalam program luar angkasa.

"Kami memilih untuk pergi ke bulan, bukan karena mereka mudah tapi karena mereka sulit," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement