Ahad 09 Aug 2015 00:28 WIB

Kabul Diguncang Rangkaian Bom, Puluhan Tewas

Ledakan di Kabul, Afghanistan (ilustrasi)
Foto: dawn
Ledakan di Kabul, Afghanistan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Delapan orang lagi dinyatakan meninggal pada Sabtu akibat serangkaian pemboman di Kabul, menjadikan jumlah korban tewas menjadi 44 orang dalam serangan paling mematikan di ibu kota Afghanistan itu sejak tugas tempur NATO berakhir Desember lalu.

Ledakan pada Jumat (7/8), yang merusak gedung dan membuat rumah sakit dipenuhi ratusan korban, merupakan serangan utama dan pertama dilakukan pegaris keras di Kabul sejak pengumuman kematian pemimpin Taliban Mullah Omar.

Dalam serangan pertama itu, sebuah bom truk yang berdaya ledak kuat melanda pusat Kabul setelah tengah malam Jumat, menewaskan 15 orang sipil dan mencederai 240 lainnya.

Taliban menjauhkan dirinya melakukan pemboman yang terjadi dekat satu pangkalan militer Kabul, seperti yang mereka lakukan dalam serangan-serangan yang menyebaban warga sipil jadi korban.

Kurang dari 24 jam kemudian, sedikitnya 20 orang tewas ketika seorang penyerang bunuh diri berseragam polisi meledakkan dirinya di pintu masuk Akademi Kepolisian Kabul. Taliban dengan cepat mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Ledakan-ledakan dan tembakan senjata juga pecah ketika Camp Integrity, sebuah pangkalan pasukan khusus Amerika Serikat di Kabul, mendapat serangan Jumat malam, menewaskan sembilan orang.

Seorang anggota dinas pasukan NATO dan delapan orang sipil yang dikontrak oleh dinas itu tewas, demikian pernyataan NATO tanpa menyebut kebangsaan mereka. Jet-jet militer terdengar terbang di atas pusat Kabul seegera setelah terjadi ledakan-ledakan di Camp Integrity.

Kekerasan-kekarasan tersebut menunjukkan situasi keamanan rapuh di Afghanistan di tengah-tengah proses perdamaian yang sedang diupayakan dengan Taliban, sementara pasukan Afghanistan menghadapi pertempuran pertama di musim panas tanpa dukungan NATO.

Pemboman-pemboman pada Jumat merupakan serangan-serangan utama yang pertama setelah Mullah Akhtar Mansour pekan lalu dinyatakan sebagai kepala Taliban yang baru dalam suatu transisi kekuasaan setelah para pemberontak membenarkan kematian pemimpin lama Mullah Omar.

Para pakar mengatakan peningkatan kekerasan memperlihatkan usaha Mullah Mansour untuk mendorong citranya di antara para kader Taliban dan mengalihkan perhatian dari perpecahan internal atas kepemimpinannya.

"Gelombang serangan-serangan itu adalah taktik kepemimpinan baru Taliban untuk memperlihatkan mereka memiliki kemampuan dan opeerasional," kata Abdul Hadi Khaled, seorang peengamat keamanan.

"Kematian Mullah Omar membelah gerakan itu dan mempengaruhi moral pejuang mereka di lapangan. Menyerang Kabul dengan serangkaian serangan mematikan adalah cara menunjukkan kekuatan mereka," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement