Kamis 22 Jul 2010 05:30 WIB

AS Beri Sanksi Baru Terhadap Korut

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Amerika Serikat, Rabu (21/7) mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara, yang ditujukan terhadap para pemimpinnya. Negara adikuasa itu juga memperingatkan akan konsekuensi-konsekuesi serius jika negara itu menyerang Korea Selatan.

Hubungan di semenanjung Korea yang terbagi dua itu berubah menjadi permusuhan yang meningkat setelah Korea Selatan (Korsel) menuduh Korea Utara (Korut) berada di balik insiden tenggelamnya sebuah kapal perangnya, Cheonan, Maret lalu yang menewaskan 46 pelaut. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan Washington siap kembali pada perundingan internasional menyangkut program senjata-senjata nuklir Korut jika Pyongyang mengirim satu "sinyal positif", tetapi sejauh ini tidak ada tanda itu.

Hillary dalam jumpa wartawan di Seoul bersama dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan para sejawat mereka dari Korsel.

menegaskan sanksi-sanksi tambahan itu tidak ditujukan pada rakyat biasa Korut, yang merupakan salah satu dari masyarakat-masyarakat termiskin dunia. Ekonomi Korut ambruk dan negara itu terkucil dari dunia luar akibat sanksi-sanksi sebelumnya karena melakukan uji coba nuklir dan rudal.

Cina, satu-satunya sekutu penting Korut, menyatakan "sangat cemas" setelah Amerika Serikat dan Korsel mengatakan mereka akan melakukan pelatihan-pelatihan militer bersama berskala luas pada 25 Juli. Televisi pemerintah menunjukkan gambar angkatan laut Cina juga melakukan pelatihan.

"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk tetap tenang dan menahan diri dan tidak melakukan tindakan apapun untuk membesar-besarkan ketegangan di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Qin Gang dalam sebuah pernyataan. Gates menyerukan dimulainya kembali hubungan militer dengan mliter dengan Cina, yang dihentikan awal tahun ini setelah rencana penjualan senjata AS kepada Taiwan.

"Sanksi-saksi baru AS itu tidak akan memberikan dampak nyata pada ekonomi Korut karena seluruh kemungkinan sanksi telah

diberlakukan," kata Paik Haksoon, seorang pejabat senior di Sejong Institute, Korut. "Cina bekerja sama dengan Korut dalam bidang ekonomi karena stabilitas Korut adalah kepentingan politik nasional Cina.

Paik mengatakan pemimpin Korut, Kim Jong Il, tidak mungkin mengubah kebijakan-kebijakannya atau melakukan kompromi dengan AS. Menteri-menteri luar negeri dan pertahanan Korsel dan AS memperingatkan akan "konsekuesi-konsekuensi serius" jika Korut menyerang Korsel kelak.

AS dan Korsel pada 25 Juli akan melakukan pelatihan angkatan laut bersama dan pelatihan serangan udara di lepas pantai timur semenanjung itu. Kapal induk USS George Washington tiba di pelabuhan Busan, kota terbesar kedua Korsel, Rabu. Siang di hari yang sama, Hillary dan Gates melakukan kunjungan bersama ke zona demiliterisasi (DMZ) yang dijaga ketat di tengah-tengah peringatan bahwa semenanjung itu menghadapi bahaya periode baru.

sumber : Ant/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement