Jumat 05 Jan 2018 01:10 WIB

Ahed Tamimi, Gadis Pirang Pemberani Penentang Israel

Ahed Tamimi menerima penghargaan Handala Courage Award
Ahed Tamimi menerima penghargaan Handala Courage Award

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Marniati, Fuji Pratiwi

Seorang remaja perempuan Palestina, Ahed Tamimi, terlihat berjalan mendekati dua tentara Israel yang berdiri di dekat pintu masuk rumahnya. Dia meminta tentara tersebut untuk meninggalkan rumahnya.

Perempuan berambut keriting pirang ini langsung mendorong dan menendang kedua tentara. Ia juga menampar dengan keras salah satu dari mereka.

Baca Juga: Lebanon Minta Ahed Tamimi Dibebaskan

Kini, gadis berusia 16 tahun dari desa Nabi Saleh ini dijadikan oleh rakyat Palestina sebagai pahlawan dan simbol generasi baru setelah menghadapi kedua tentara tersebut. Aksi remaja ini terekam video dan ditonton oleh banyak orang.

Di media sosial, warga Palestina menjadikan Ahed sebagai pahlawan dalam kartun yang disebar secara luas. Terdapat juga pose Ahed sambil mengibarkan bendera Palestina.

Tiga hari setelah konfrontasinya dengan tentara Israel, Tamimi ditangkap dari rumahnya pada Selasa (19/12) menjelang fajar atas tuduhan menyerang tentara.

Ahed di sidang di ruang sidang militer Israel keesokan harinya. Seorang hakim memerintahkan agar penahanan Tamimi ditambah lima hari lagi.

Pengacara melakukan banding atas putusan majelis hakim ini. "Tetap kuat, tetap tegar," teriak ayah Tamimi yang ikut menghadiri persidangan putrinya. Ayah Tamini, Bassem merupakan seorang aktivis veteran.

Otoritas berwenang Israel mendakwa Tamimi dengan 12 tuduhan. Pengacara Ahed, Gaby Lasky, mengatakan tuduhan itu di antaranya menyerang seorang tentara Israel, mengganggu tugas seorang tentara serta melakukan pelemparan batu kepada tentara di masa lalu.

Ibu Ahed, Nariman, juga dituntut dengan alasan bekerja sama dengan menyiarkan video tersebut secara langsung. Sementara itu, sepupu Ahed, Nour, yang juga muncul dalam video dituntut ikut serta mengintimidasi tentara Israel dan menganggu dinas mereka, demikian dilansir Maan News, Rabu (3/1).

Kejadian ini semakin meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina setelah penetapan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Presiden AS Donald Trump.

Nebi Saleh adalah sebuah desa yang berpenduduk sekitar 600 orang, sebagian besar merupakan anggota keluarga Tamimi. Selama delapan tahun, penduduk desa bersama dengan aktivis Israel dan asing telah melakukan demonstrasi setiap pekan terhadap kebijakan Israel di Tepi Barat.

Militer Israel mengatakan demonstrasi pada Jumat (15/12) berubah menjadi kekerasan, dengan sekitar 200 orang Palestina melemparkan batu ke tentara. Beberapa orang memasuki rumah penduduk dan terus melempar batu.

Bassem Tamimi mengatakan beberapa menit sebelumnya, tentara telah melepaskan peluru karet dari jarak dekat pada Mohammed Tamimi (15) sepupu Ahed dan seorang tamu yang sering tinggal di rumah Tamimi.

Peluru dilapisi karet biasanya digunakan untuk membubarkan keramaian. Meski dianggap tidak mematikan namun penggunaan peluru karet tetap berbahaya.

Tentara Israel hampir setiap hari menyerang kota dan kamp-kamp pengungsian warga Palestina. Nabi Saleh merupakan salah satu desa di wilayah Tepi Barat, Palestina dan Yerusalem Timur, yang warganya aktif menggelar protes tiap pekan untuk menentang okupansi Israel.

Bassem Tamimi memuji putrinya sebagai orang yang berani. Ia menolak sebuah kritik yang menyebut putrinya sedang mencari perhatian.

"Kami berharap generasi ini akan lebih kuat dari kita, dan dapat mengambil bendera dari kita dengan lebih banyak kekuatan dan resistensi yang lebih serius untuk mengakhiri pendudukan," kata Tamimi (50).

Ahed dipuji oleh aktivis dan masyarakat internasional atas keberaniannya saat melakukan demonstrasi di Nabi Saleh, yang telah menjadi demonstrasi rutin selama bertahun-tahun setiap Jumat. Dia mulai menghadiri demonstrasi di sana saat dia baru berusia sembilan tahun.

 

Dua tahun lalu, Ahed, ibunda, dan aktivis wanita Palestina juga melakukan tindakan sama dengan mendatangi tentara Israel. Mereka mengelilingi tentara itu, menamparnya. Tentara itu bermaksud menangkap adik Ahed yang baru berusia 12 tahun.

Ahed mendapat penghargaan Handala Courage Award dari Turki pada 2012. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beserta petinggi Turki menjamu Ahed.

Terus berjuang, Ahed...

sumber : Aljazirah, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement