Jumat 09 Feb 2018 05:47 WIB

Qatar Kembali Tegaskan Dukungan Bagi Palestina

Al Thani mengatakan akan tetap menjaga kemitraan kedua negara yang telah terbangun.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani
Foto: REUTERS/Stephanie McGehee
Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani kembali menegaskan dukungan negaranya terhadap warga Palestina dan misi yang mereka emban. Hal tersebut diungkapkan Al Thani kepada pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melalui sambungan telepon.

Seperti dilaporkan Anadolu Agency, Jumat (9/2) Qatar, Al Thani mengatakan akan tetap menjaga kemitraan kedua negara yang telah terbangun sejak lama. Dia menambahkan, Qatar juga siap membantu proses restorasi sejumlah bangunan dan infrastruktur di jalur Gaza yang hancur akibat peperangan.

Dukungan yang diberikan Qatar diapresiasi oleh Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Dalam kesempatan itu, Haniyeh memaparkan kondisi terkini yang terjadi di Gaza kepada Sheikh Al Thani. Dia mengatakan, warga di Gaza tengah mengalami krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh blokade dan kekurangan bahan bakar.

Jalur Gaza terus mengalami krisis akibat embargo yang dilakukan Israel dan Mesir selama satu dekade terakhir. Hal itu telah merampas hak sekitar dua juta penduduk atas kebutuhan dasar seperti bahan bakar, obat-obatan dan bahan baku bangunan.

Sementara dalam beberapa tahun belakangan, Qatar telah memberikan sejumlah bantuan kepada Palestina. Qatar juga telah terlibat dalam sejumlah proyek pembangunan di Gaza seperti pemulihan akses jalan dan rumah sakit.

Komunikasi yang terjadi antara Emir Qatar dan pemimpin Hamas itu merupakan yang pertama sejak Amerika Serikat (AS) memasukan Ismail Haniyeh ke dalam daftar teroris internasional awal bulan ini. Departemen Luar Negeri AS mengatakan Haniya memiliki hubungan dekat dengan sayap militer Hamas dan telah menjadi pendukung perjuangan bersenjata, termasuk melawan warga sipil.

Penempatan Haniya pada daftar teror akan membuat dirinya tak bisa berpergian ke luar negeri. Aset keuangan yang ia miliki di AS juga akan dibekukan. Setiap warga negara AS atau perusahaan juga tak boleh melakukan bisnis dengannya. Departemen Luar Negeri menuduh Hamas terlibat dalam serangan yang mengakibatkan pembunuhan 17 orang Amerika sejak kelompok itu didirikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement